ETIKA KEPADA ORANG TUA
I. PENDAHULUAN
“Zaman edan”. Demikian
kira-kira kata yang pas untuk mengungkapakan kondisi saat ini. Betapa tidak,
hampir di semua lini kehidupan telah terjadi penyelewengan dan degradasi moral yang sangat memprihatinkan. Tidak hanya
pada tingkat Negara, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa, tapi sudah
merambah ke dunia keluarga dan individu masyarakat. Yang paling parah dari itu
semua adalah sikap anak terhadap orang tuanya. Hampir setiap hari kita melihat
dan mendengar, baik melalui televisi atau media masa lainnya, sikap amoral anak
kepada kedua orang tuanya. Banyak anak yang
tidak menghargai orang tuanya, melecehkannya, bahkan ada yang mencaci
maki dan memumukulnya, dan bahkan ada pula yang membunuhnya. Na’udzu billah,
Sungguh ini merupakan sikap
dan tindakan yang tidak pantas yang dilakukan oleh seorang anak. Bagaimana
tidak, orang tua adalah yang melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik
dan membesarkan sampai dewas. Sudah menjadi keharusan bila si anak taat kepada
orang tuanya dan memenuhi hak-haknya dengan mematuhi perintah dan berbuat baik
kepadanya.[1]
واعبدالله
ولا تشركوابه شيئا وبالوالدين احسانا.....
“ sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua ibu bapak…”(QS. An-Nisa’ (4) :36[2]
Kata ihsan pada ayat ini
menegaskan tentang pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada kedua orangtua.
II. PENGERTIAN DAN HUKUM BIRRUL
WALIDAIN
Secara etimologi, birrul walidain berasal dari
dua kata yaitu birrun dan al-walidain. Al-birr secara bahasa berarti taat, baik,
dan patuh. Dikatakan: barra al-waladu walidaini,” berarti seorang anak berbuat
baik atau taat kepada kedua orang tuanya. Sedang al-walidaini adalah bentuk
tastniyah dari kata al-walid yang berarti bapak atau oarangtua. Al-walidain
berrati kedua orangtuanya. Jadi birrul walidain adalah taat, patuh dan berbuat
baik kepada kedua orangtua, baik selama keduanya masih hidup atau sesudah
meninggal dunia.[3]
وقضى
ربك الا تعبد الا اياه وباالوالدين احسانا اما يبلغن عندك الكبر احدهما او كلاهما فلا تقل لهما اف
ولاتنهرهما وقل لهما قولاكريما
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (23)[4]
Ayat di atas menunjukkan kewajiban berbuat baik
dan taat kepada kedua orang tua. Menurut Abu bakar Al-Anbari, kata Qadha pada
ayat ini tidak di gunakan dalam kontek hukum tapi kata ini disebut dalam kontek
perintah dan kewajiban. Qadha’ sendiri berarti memutuskan sesuatu dengan baik, sempurna
dan professional. Dalam tafsirnya, Ibn Katsir berkata bahwa Qadha’ berarti
mewasiatkan. Sementara Al-Qurthubi mengatakan bahwa Qadha adalah memerintahkan,
menetapkan dan mewajibkan. Dengan demikian, maka birrul walidain hukumnya
adalah wajib.[5]
Kewajiban ini juga didukung dengan bebrapa
Hadits Nabi Saw di antaranya :
“berbuat baiklah kepada orang tuamu, niscaya
anak-anakmu akan berbuat baik kepadamu” (Al-Hadits)
Janganlah kamu durhaka kepada kedua orang
tuamu, walaupun keduanya memerintahkanmu untuk keluar dari keluarga dan
hartamu.
(Al-Hadits)
Ayat dan hadits diatas dengan jelas menunjukkan
kewajiban berbuat berbuat baik kepada kedua orang tua, bahkan jika diantara
keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali
kamu mengatakan kepadanya “uf” maksudnya, janganlah kamu memperdengarkan kepada
keduanya perkataan yang buruk termasuk perkataan ah sebagai perkataan buruk
yang paling ringan, janganlah kamu membentak mereka, yakni janganlah kamu
berbuat buruk kepada keduanya dan janganlah memukulnya. Setelah Allah melarang
manusia berkata dan berbuat buruk, maka dia menyuruh manusia berkata dan
berbuat baik.
وخفض لهماجناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما
كما ربياني صغيرا
“ Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil." )24)[6]
Dan bertawadhu’lah kepada keduanya melalui
tindakanmu. Merahmati keduanya disaat tua dan setelah mati. Pada ayat 23 dan
24, dijelaskan bahwa ketika salah satu dari keduanya berada disisihmu dalam
keadaan lanjut usia, “ falaa taqul lahuma uffin” maka jaganlah berkata kepada
keduanya “ah (cis” atau yang lainnya). Jangan memperdengarkan kepada kedua
orang tua perkataan yang buruk. “walaa tanharhuma” dan janganlah kalian
membenci kepada keduanya. Ketika Allah subhanau wata’ala melarang perkataan dan
perbuatan yang buruk, Allah juga memperintahkan berkata yang baik. Seperti
dalam firman Allah subhanahu wata’ala “waqul lahuma qoulan karima” dan
katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, yaitu perkataan yang lembut
dan baik dengan penuh adab dan rasa hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya dengan kasih saying, hendaklah kalian bertawadlu’ kepada keduanya. Dan
hendaklah kalian berdo’a, Ya Allah sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana
merka menyayangiku dan mendidikku diwaktu kecil”, pada waktu mereka berada
di usia lanjut hingga keduanya wafat.[7]
III.
KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN
Tidak diragukan lagi bahwa birrul walidain
memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar. Diantara keutamaan-keutamaan
birrul walidain adalah:
1. Menjadi salah satu penyebab
diampuni dosa.
Anak yang berbakti kepada
kedua orang tuanya akan diampuni dosanya, sebagaimana firman Allah Swt yang
artinya:
“Kami perintahkan kepada
manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya…..Mereka itulah
orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka
kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni
surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS.
Al-Ahqaf 15-16)
Abdullah Bin Umar
meriwayatkan bahwasnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw dan
berkata : “ Wahai Rasul, sesungguhnya saya telah tertimpa dosa besar, apakh
masih ada pintu taubat abagi saya? Rasul bertanya: apakah ibumu masih hidup?,
lelaki itu berkata: “tidak. “Rasul bertanya lagi: “kalau bibimu masih ada? “dia
berkata “ya”. Rasul bersabda : “berbuat baiklah kepadanya” (HR. Tirmidzi)[8]
2. Termasuk amal yang paling
mulia
Hal ini sesuai dengan riwayat
dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: saya bertanya kepada Rasulullah Saw: “
Apakah amaln yang paling dicintai Allah? “Rasulullah bersabda:”shalat tepat
pada waktunya”, saya bertanya lagi: “kemudian apa lagi? “ Rasulullah
bersabda:”berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian apa lagi? Rasulullah
bersabda: “ Berjihad di jalan Allah”, (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Termasuk sebab masuk surga
Dari Abu Hurairah, dia
berkata: saya mendengar Rasulullah bersabda: “celakalah dia”, para sahabatpun
heran dan bertanya: “ siapa wahai Rasulullah?, Rasululah bersabda:” orang yang
menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia
tidak masuk surge”. (HR.Muslim)
Dalam riwayat lain dari
Mu’awiyah bi Jahimah bahwasanya jahimah datang kepada Rasulullah kemudian
berkata: “wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya
datang kesini untuk meminta nasehat kepada anda. Maka Rasulullah bersabda:”
apakah kamu masih memiliki ibu? Jahimah berkata: “ya” Rasulullah bersabda:
‘tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu berada di bawah telapak
kakinya”(HR. Nas’i dan Ahmad)
4. Merupakan sebab keridhaan
Allah
Dalam sebuah Hadits disebutkan : “keridhaan
Allah ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan
kedua orang tua” (HR.Tirmidzi)
5. Merupakan sebab bertambahnya
umur dan rizki
Diantara hadits yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: barang siapa yang
ingn diluaskan rizkinya oleh Allah dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia
berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahmi”. (Al-Hadits)[9]
IV. CARA BERBAKTI KEPADA KEDUA
ORANG TUA
Di antara cara-cara berbakti kepada kedua orang
tua adalah diantaranya adalah:
1. Berbuat baik kepada keduanya
baik dengan perkataan atau perbuatan. Allah Swt berfirman:
....فلا
تقل لهما اف ولا تنهرهما وقل لهما قولاكريما
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (23)
2. Rendah hati terhadap
keduanya. Allah Swt berfirman:
وخفض
لهماجناح الذل من الرحمة
“ Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan (QS. Al-Isra’ 24)
3. Mendo’akan keduanya baik
semasa hidupnya ataupun sesudah meninggalnya. Allah Swt berfirman:
وقل رب
ارحمهما كما ربياني صغيرا
……..dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu
kecil."
)24)
Rasulullah Saw bersabda:
“ apabila anak Adam mati maka
terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah atau ilmu yang
bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim)[10]
4. Menaati keduanya dalam
kebaikan. Allah Swt berfirman:
وان جهدك على ان تشرك بى ما ليس لك به علم فلا
تطعهما وصا حبهما فى الدنيا معروفا...
“Dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya
kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”
(QS. Luqman:15)
5.
Memintakan ampun bagi keduanya sesudah
meninggal.
Allah Swt berfirman:
ربنا
اغفرلى ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب
“ Ya Tuhan kami, beri “ampunlah aku dan kedua ibu
bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)."(QS. Ibarahim:41)
6. Melunasi hutangnya dan
melaksankan wasiatnya
Hutang dan wasiat kedua orang tua harus
dilunasi dan ditunaikan selam tidak bertentangan dengan syari’at. Rasulullah
Saw membenarkan ucapan seorang wanita yang berpendapat hutang ibunya wajib di
lunasi, dan Rasulullah Saw menambahkan bahwa hutang kepada Allah Swt berupa
puasa dan nadzar lebih berhak untuk dilunasi.
7. Menyambung tali silaturrahmi
kedua orang tua.
Diantaranya dengan paman dan bibi, kakek dan
nenek. Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya sebaik-baik hubungan
(silaturrahmi) adalah silaturrahmi seorang anak dengan teman dekat
bapaknya”(HR. Muslim)
8. Memuliakan teman-teman kedua orang tua.
Rasulullah
Saw bersabda: jagalah cinta kasih (silaturrahmi) bapakmu dan janganlah kamu
putus, (jika kamu putus) maka Allah memadamkan cahayamu” (Al-Hadits)
9. Berziarah ke makam kedua
orang tua.
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Nabi Sallallahu
Alaihi wasallam berziarah ke makam ibundanya, kemudian beliau menangis, lalu
beliau bersabda: ‘saya minta izin kepada Allah agar saya di perbolehkan untuk
berziarah kemakamnya (siti Aminah), maka dia mengizinkan.
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung pada
surah Al-Isr’ ayat 23-24
1. Pendidikan keimanan kepada
Allah Subahanahu wata’ala dan hormat kepada kedua orang tua
2. Sikap yang harus dimiliki
anak adalah tidak berkata kasar, tidak menghardik, bersikap sopan dan
senantiasa mendi’akannya.
3. Sikap suka menolong
4. Menyambung tali silaturrahmi
dengan sesama.
PENUTUP
Pada hakikatnya surah di atas
jika di tinjau dari isi kandungannya memiliki aspek yang sangat luas tentang
bagaimana cara berbuat baik kepada kedua orang tua, ayat tersebut mengandung
berbagai nilai pendidikan yang sangat tinggi tentang apa saja yang harus
dilakukan seorang anak kepada orang tuanya, dan kewajiban-kewajiban apa saya
yang harus dipenuhi seorang anak kepada orang tuanya.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan terjemahan
komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain asy-syarifain Raja Fath
Tafsir Ibn Katsir Juz III Cet I Maktabah Daarus
Salam Riyadh, Th. 1413 H.
Yazid bin Abdul Qadis Jawas,
Birrul Walidain, Terj. Berbakti kepada kedua orang tua, Jakarta Darul
Qolam
Prof. Dr. Mahmud saltut, islam, aqidah dan
syari’at, (Jakarta pustaka imani, 1998)
[1]
Imam Tolhah, menghiasi diri dengan akhlak mulia(Al-Ghazali Center 2008),
hal 76
[2]
Al-Qur’an dan terjemahan komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain
asy-syarifain Raja Fath
[3]
Ibid hal 77
[4]
Al-Qur’an dan terjemahan komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain
asy-syarifain Raja Fath
[5]
Ibn Al-Jauzi, Birrul Walidain, (Beirut :Dar Shadir
[6]
Al-Qur’an dan terjemahan komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain
asy-syarifain Raja Fath
[7]
Imam Tolhah, menghiasi diri dengan akhlak mulia(Al-Ghazali Center 2008),
hal 78
[8]
ibid
[9]
ibid
[10] Yazid bin Abdul Qadis Jawas, Birrul Walidain,
Terj. Berbakti kepada kedua orang tua, Jakarta Darul Qolam hal 51
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
BalasHapuskeren banget pak, keren blognya, keren pula bloggernya, isinya juga keren dan penuh makna. izin copas pak..
me: semester 6B/Harun Sugiyanto