Senin, 15 Desember 2014

Tafsir Pendidikan; Etika Kepada Orang Tua



ETIKA KEPADA ORANG TUA

I.    PENDAHULUAN
“Zaman edan”. Demikian kira-kira kata yang pas untuk mengungkapakan kondisi saat ini. Betapa tidak, hampir di semua lini kehidupan telah terjadi penyelewengan dan degradasi  moral yang sangat memprihatinkan. Tidak hanya pada tingkat Negara, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa, tapi sudah merambah ke dunia keluarga dan individu masyarakat. Yang paling parah dari itu semua adalah sikap anak terhadap orang tuanya. Hampir setiap hari kita melihat dan mendengar, baik melalui televisi atau media masa lainnya, sikap amoral anak kepada kedua orang tuanya. Banyak anak yang  tidak menghargai orang tuanya, melecehkannya, bahkan ada yang mencaci maki dan memumukulnya, dan bahkan ada pula yang membunuhnya. Na’udzu billah,

Sungguh ini merupakan sikap dan tindakan yang tidak pantas yang dilakukan oleh seorang anak. Bagaimana tidak, orang tua adalah yang melahirkan, mengurus, memberikan nafkah, mendidik dan membesarkan sampai dewas. Sudah menjadi keharusan bila si anak taat kepada orang tuanya dan memenuhi hak-haknya dengan mematuhi perintah dan berbuat baik kepadanya.[1]
واعبدالله ولا تشركوابه شيئا وبالوالدين احسانا.....
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua ibu bapak…”(QS. An-Nisa’ (4) :36[2]
Kata ihsan pada ayat ini menegaskan tentang pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada kedua orangtua.

II. PENGERTIAN DAN HUKUM BIRRUL WALIDAIN
Secara etimologi, birrul walidain berasal dari dua kata yaitu birrun dan al-walidain. Al-birr secara bahasa berarti taat, baik, dan patuh. Dikatakan: barra al-waladu walidaini,” berarti seorang anak berbuat baik atau taat kepada kedua orang tuanya. Sedang al-walidaini adalah bentuk tastniyah dari kata al-walid yang berarti bapak atau oarangtua. Al-walidain berrati kedua orangtuanya. Jadi birrul walidain adalah taat, patuh dan berbuat baik kepada kedua orangtua, baik selama keduanya masih hidup atau sesudah meninggal dunia.[3]
وقضى ربك الا تعبد الا اياه وباالوالدين احسانا اما يبلغن عندك الكبر احدهما او كلاهما فلا تقل لهما اف ولاتنهرهما وقل لهما قولاكريما
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (23)[4]

Ayat di atas menunjukkan kewajiban berbuat baik dan taat kepada kedua orang tua. Menurut Abu bakar Al-Anbari, kata Qadha pada ayat ini tidak di gunakan dalam kontek hukum tapi kata ini disebut dalam kontek perintah dan kewajiban. Qadha’ sendiri berarti memutuskan sesuatu dengan baik, sempurna dan professional. Dalam tafsirnya, Ibn Katsir berkata bahwa Qadha’ berarti mewasiatkan. Sementara Al-Qurthubi mengatakan bahwa Qadha adalah memerintahkan, menetapkan dan mewajibkan. Dengan demikian, maka birrul walidain hukumnya adalah wajib.[5]
Kewajiban ini juga didukung dengan bebrapa Hadits Nabi Saw di antaranya :
“berbuat baiklah kepada orang tuamu, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik kepadamu” (Al-Hadits)

Janganlah kamu durhaka kepada kedua orang tuamu, walaupun keduanya memerintahkanmu untuk keluar dari keluarga dan hartamu. (Al-Hadits)

Ayat dan hadits diatas dengan jelas menunjukkan kewajiban berbuat berbuat baik kepada kedua orang tua, bahkan jika diantara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepadanya “uf” maksudnya, janganlah kamu memperdengarkan kepada keduanya perkataan yang buruk termasuk perkataan ah sebagai perkataan buruk yang paling ringan, janganlah kamu membentak mereka, yakni janganlah kamu berbuat buruk kepada keduanya dan janganlah memukulnya. Setelah Allah melarang manusia berkata dan berbuat buruk, maka dia menyuruh manusia berkata dan berbuat baik.

وخفض لهماجناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." )24)[6]

Dan bertawadhu’lah kepada keduanya melalui tindakanmu. Merahmati keduanya disaat tua dan setelah mati. Pada ayat 23 dan 24, dijelaskan bahwa ketika salah satu dari keduanya berada disisihmu dalam keadaan lanjut usia, “ falaa taqul lahuma uffin” maka jaganlah berkata kepada keduanya “ah (cis” atau yang lainnya). Jangan memperdengarkan kepada kedua orang tua perkataan yang buruk. “walaa tanharhuma” dan janganlah kalian membenci kepada keduanya. Ketika Allah subhanau wata’ala melarang perkataan dan perbuatan yang buruk, Allah juga memperintahkan berkata yang baik. Seperti dalam firman Allah subhanahu wata’ala “waqul lahuma qoulan karima” dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia, yaitu perkataan yang lembut dan baik dengan penuh adab dan rasa hormat. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan kasih saying, hendaklah kalian bertawadlu’ kepada keduanya. Dan hendaklah kalian berdo’a, Ya Allah sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana merka menyayangiku dan mendidikku diwaktu kecil”, pada waktu mereka berada di usia lanjut hingga keduanya wafat.[7]

III.             KEUTAMAAN BIRRUL WALIDAIN
Tidak diragukan lagi bahwa birrul walidain memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar. Diantara keutamaan-keutamaan birrul walidain adalah:

1.   Menjadi salah satu penyebab diampuni dosa.
Anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya akan diampuni dosanya, sebagaimana firman Allah Swt yang artinya:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya…..Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. Al-Ahqaf 15-16)

Abdullah Bin Umar meriwayatkan bahwasnya seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw dan berkata : “ Wahai Rasul, sesungguhnya saya telah tertimpa dosa besar, apakh masih ada pintu taubat abagi saya? Rasul bertanya: apakah ibumu masih hidup?, lelaki itu berkata: “tidak. “Rasul bertanya lagi: “kalau bibimu masih ada? “dia berkata “ya”. Rasul bersabda : “berbuat baiklah kepadanya” (HR. Tirmidzi)[8]



2.   Termasuk amal yang paling mulia
Hal ini sesuai dengan riwayat dari Abdullah bin Mas’ud dia berkata: saya bertanya kepada Rasulullah Saw: “ Apakah amaln yang paling dicintai Allah? “Rasulullah bersabda:”shalat tepat pada waktunya”, saya bertanya lagi: “kemudian apa lagi? “ Rasulullah bersabda:”berbuat baik kepada kedua orang tua. Kemudian apa lagi? Rasulullah bersabda: “ Berjihad di jalan Allah”, (HR. Bukhori dan Muslim)

3.   Termasuk sebab masuk surga
Dari Abu Hurairah, dia berkata: saya mendengar Rasulullah bersabda: “celakalah dia”, para sahabatpun heran dan bertanya: “ siapa wahai Rasulullah?, Rasululah bersabda:” orang yang menjumpai salah satu atau kedua orang tuanya dalam usia lanjut kemudian dia tidak masuk surge”. (HR.Muslim)
Dalam riwayat lain dari Mu’awiyah bi Jahimah bahwasanya jahimah datang kepada Rasulullah kemudian berkata: “wahai Rasulullah, saya ingin (berangkat) untuk berperang, dan saya datang kesini untuk meminta nasehat kepada anda. Maka Rasulullah bersabda:” apakah kamu masih memiliki ibu? Jahimah berkata: “ya” Rasulullah bersabda: ‘tetaplah dengannya karena sesungguhnya surga itu berada di bawah telapak kakinya”(HR. Nas’i dan Ahmad)

4.      Merupakan sebab keridhaan Allah
Dalam sebuah Hadits disebutkan : “keridhaan Allah ada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan-Nya ada pada kemurkaan kedua orang tua” (HR.Tirmidzi)

5.      Merupakan sebab bertambahnya umur dan rizki
Diantara hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: barang siapa yang ingn diluaskan rizkinya oleh Allah dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahmi”. (Al-Hadits)[9]


IV. CARA BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
Di antara cara-cara berbakti kepada kedua orang tua adalah diantaranya adalah:
1.      Berbuat baik kepada keduanya baik dengan perkataan atau perbuatan. Allah Swt berfirman:
....فلا تقل لهما اف ولا تنهرهما وقل لهما قولاكريما
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (23)
2.      Rendah hati terhadap keduanya. Allah Swt berfirman:
وخفض لهماجناح الذل من الرحمة
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan (QS. Al-Isra’ 24)
3.      Mendo’akan keduanya baik semasa hidupnya ataupun sesudah meninggalnya. Allah Swt berfirman:
وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا
……..dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." )24)
Rasulullah Saw bersabda:
“ apabila anak Adam mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim)[10]



4.      Menaati keduanya dalam kebaikan. Allah Swt berfirman:
وان جهدك على ان تشرك بى ما ليس لك به علم فلا تطعهما وصا حبهما فى الدنيا معروفا...
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Luqman:15)

5.         Memintakan ampun bagi keduanya sesudah meninggal.
Allah Swt berfirman:
ربنا اغفرلى ولوالدي وللمؤمنين يوم يقوم الحساب
“ Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)."(QS. Ibarahim:41)

6.      Melunasi hutangnya dan melaksankan wasiatnya
Hutang dan wasiat kedua orang tua harus dilunasi dan ditunaikan selam tidak bertentangan dengan syari’at. Rasulullah Saw membenarkan ucapan seorang wanita yang berpendapat hutang ibunya wajib di lunasi, dan Rasulullah Saw menambahkan bahwa hutang kepada Allah Swt berupa puasa dan nadzar lebih berhak untuk dilunasi.

7.      Menyambung tali silaturrahmi kedua orang tua.
Diantaranya dengan paman dan bibi, kakek dan nenek. Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya sebaik-baik hubungan (silaturrahmi) adalah silaturrahmi seorang anak dengan teman dekat bapaknya”(HR. Muslim)


8.      Memuliakan teman-teman kedua orang tua.
Rasulullah Saw bersabda: jagalah cinta kasih (silaturrahmi) bapakmu dan janganlah kamu putus, (jika kamu putus) maka Allah memadamkan cahayamu” (Al-Hadits)

9.      Berziarah ke makam kedua orang tua.
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Nabi Sallallahu Alaihi wasallam berziarah ke makam ibundanya, kemudian beliau menangis, lalu beliau bersabda: ‘saya minta izin kepada Allah agar saya di perbolehkan untuk berziarah kemakamnya (siti Aminah), maka dia mengizinkan.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung pada surah Al-Isr’ ayat 23-24
1.      Pendidikan keimanan kepada Allah Subahanahu wata’ala dan hormat kepada kedua orang tua
2.      Sikap yang harus dimiliki anak adalah tidak berkata kasar, tidak menghardik, bersikap sopan dan senantiasa mendi’akannya.
3.      Sikap suka menolong
4.      Menyambung tali silaturrahmi dengan sesama.

PENUTUP
            Pada hakikatnya surah di atas jika di tinjau dari isi kandungannya memiliki aspek yang sangat luas tentang bagaimana cara berbuat baik kepada kedua orang tua, ayat tersebut mengandung berbagai nilai pendidikan yang sangat tinggi tentang apa saja yang harus dilakukan seorang anak kepada orang tuanya, dan kewajiban-kewajiban apa saya yang harus dipenuhi seorang anak kepada orang tuanya.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan terjemahan komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain asy-syarifain Raja Fath
Tafsir Ibn Katsir Juz III Cet I Maktabah Daarus Salam Riyadh, Th. 1413 H.
Yazid bin Abdul Qadis Jawas, Birrul Walidain, Terj. Berbakti kepada kedua orang tua, Jakarta Darul Qolam
Prof. Dr. Mahmud saltut, islam, aqidah dan syari’at, (Jakarta pustaka imani, 1998)





 


[1] Imam Tolhah, menghiasi diri dengan akhlak mulia(Al-Ghazali Center 2008), hal 76
[2] Al-Qur’an dan terjemahan komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain asy-syarifain Raja Fath
[3] Ibid hal 77
[4] Al-Qur’an dan terjemahan komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain asy-syarifain Raja Fath
[5] Ibn Al-Jauzi, Birrul Walidain, (Beirut :Dar Shadir
[6] Al-Qur’an dan terjemahan komplek percetakan Al-Qur’an Khadim al-haramain asy-syarifain Raja Fath
[7] Imam Tolhah, menghiasi diri dengan akhlak mulia(Al-Ghazali Center 2008), hal 78
[8] ibid
[9] ibid
[10] Yazid bin Abdul Qadis Jawas, Birrul Walidain, Terj. Berbakti kepada kedua orang tua, Jakarta Darul Qolam hal 51

1 komentar:

  1. السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
    keren banget pak, keren blognya, keren pula bloggernya, isinya juga keren dan penuh makna. izin copas pak..
    me: semester 6B/Harun Sugiyanto

    BalasHapus