MODEL KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
1. Pendahuluan
Seiring
perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan
dengan pertumbuhan managemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang
memimpin. Hal ini terlihat dengan banyaknya literature yang mengkaji tentang
kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan
dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara terencana dan dapat melatih
calon-calon pemimpin.Perkembangan pengetahuan tentang paradigma kepemimpinan
dapat meliputi gaya kepemimpinan, teoti-teori kepemimpinan dan model-model kepemimpinan.
11. Pembahasan
A.
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan
merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk
mempengaruhi orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu ( Toha 1982; 123 ). Menurut Rabbins (2002:163) kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi
suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Menurut Ngalim Purwanto (1991:26)
Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat
kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana
dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada
kegembiraan batin serta merasa tak dipaksa.
Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu, pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupaka masalah
social yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan
pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkordinasi.
Dari
sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan
kepemimpinanya tidak hanya terbatas pada kemampuanya dalam melaksanakan
program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu
melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggota atau masyarakatnya, untuk ikut
berperan aktip, sehingga mereka memberikan kontribusi yang positive dalam usaha
mencapai tujuan.
Kepemimpinan
seseorang merupakan kunci dari managemen. Para pemimpin dalam menjalankan
tugasnya, para pemimpin tidak hanya bertanggungjawab kepada atasannya, pemilik dan tercapainya tujuan organisasi,
mereka juga bertanggnungjawab terhadap
masalah-masalah internal organisasi termasuk didalamnya tanggungjawab terhadap
pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal para pemimpin
memiliki tanggungjawab social kemasyarakatan dan akuntabilitas public.
B.
Teori –Teori Kepemimpinan
Dari
sisi teori kepemimpinan, Pada dasarnya teoru-teori kepemimpinan mencoba
menerangkan dua hal, yaitu factor-faktor yang terlibat dalam pemunculan
kepemimpinan dan sifat-sifat dasar kepemimpinan. Penelitian mengenai dua hal
ini lebih memuaskan daripada teorinya sendiri, namun bagaimanapun teori-teori
kepemimpinan cukup menarik, karena teori banyak membantu dalam mendefinisikan
dan menentukan masalah-masalah penelitian. Dari penelusuran literature tentang
kepemimpinan, teori kepemimpinan banyak dipengaruhi oleh penelitian Galton
(1879) tentang latar belakang dari orang-orang terkemuka yang mencoba
menerangkan kepemimpinan berdasarkan warisan. Beberapa penelitian lanjutan,
mengemukakan individu-individu dalam setiap masyarakat memiliki kegiatan yang
berbeda dalam intelgenci, energy, dan kekuatan moral serta mereka selalu
dipimpin oleh individu yang benar-benar superior.
Dua
teori yaitu teori orang –orang terkemuka dan teori situasional, berusaha
menerangkan kepemimpinan sebagai efek dari kekuatan tunggal, efek
interaksi antara kelompok individu
dengan factor situasi nampaknya kurang mendapat perhatian. Untuk itu penelitian
tentang kepemimpinan harus juga termasuk sifat-sifat efektif intelektual dan
tindakan individu dan kondisi khusus individu dalam pelaksanaanya. Pendapat
lain mengemukakan untuk mengerti kepemimpinan perhatian harus diarahkan kepada
sifat dan motiv pemimpin sebagai menusia biasa, membayangkan bahwa terdapat
sekelompok orang yang dipimpin dan motipnya mengikuti dia. Penampilan peran
harus dimainkan sebagai pemimpin dan kaitan kelembagaan melibatkan dia dan
pengikutnya (Hokking & Boggardus).
Beberapa
pendapat tersebut apabila diperhatikan dapat dikategorikansebagai teori
kepemimpinan dengan sudut pandang ‘personal situasional’. Hal ini disebabkan
pandanganya tidak hanya pada masalah situasi yang ada, tetapi juga dilihat
interaksi antar individu maupun antar
pimpinan dengan kelompoknya. Teori kepemimpinan yang dikembangkan mengikuti
tiga teori diatas adalah teori interaksi harapan. Teori ini mengembangkan
tentang peran kepemimpinan dengan menggunakan tiga variable dasar yaitu tindakan, interaksi dan sentiment.
Asumsinya bahwa peningkatan frekwensi interaksi dan partisipasi sangat
berkaitan dengan peningkatan sentiment atau perasaan senang dan kejelasan dari
norma kelompok. Semakin tingi kedudukan
individu dalam kelompok, maka aktivitasnya semakin sesuai dengan norma
kelompok, interaksinya semakin meluas, dan makin banyak anggota kelompok yang
berhasil diajak berinteraksi.
Pada
tahun 1957 Stogdill mengembangkan teori harapan-reinforcement untuk mencapai
peran. Dikemukakan , interaksi antar anggota dalam pelaksanaan tugas akan lebih
menguatkan harapan untuk tetap berinteraksi. Jad, peran individu ditentukan
oleh harapan bersama yang dikaitkan dengan penampilan dan interaksi yang
dilakukan. Kemudian dikemukakan, inti kepemimpinan dapat dilihat dari usaha
anggota untuk merubah motivasi anggota lain agar prilakunya ikut berubah.
Motivasi dirubah dengan melalui perubahan harapan tentang hadiah dan hukuman. Perubahan tingkah laku anggota
kelompok yang terjadi, dimaksudkan untuk mendapatkan hadiah atas kinerjanya.
Dengan demikian,nilai seorang pemimpin atau manager tergantung dari
kemampuannya menciptakan harapan akan pujian atau hadiah.
Atas
dasar teori diatas, House pada tahun
1970 mengembangkan Teori Kepemimpinan Yang
Motivasional. Fungsi motivasi menurut teori ini untuk meningkatkan asosiasi
antara cara-cara tertentu yang bernilai positive dalam mencapai tujuan dengan
tingkah laku yang diharapkan dan meningkatkan penghargaan bawahan atas
pekerjaan yang mengarah pada tujuan.
Pada tahun yang sama Fiedler
mengmbangkan Teori Kepemimpinan Yang
Efektif. Dikemukakan efektivitas pola tingkah laku pemimpin tergantung dari hasil yang ditentukan oleh
situasi tertentu Pemimpin yang memiliki orentasi kerja cenderung lebih efektif
dalam berbagai situasi.
Teori
kepemimpinan berikutnya adalah Teori
Humanistik, dengan para pelopor Argriris,
Blake Dan Mouton, Rensis Likert Dan
Douglas Mcgregor, Rensis Likert Dan Douglas Mcgregor. Teori ini secara umum
berpendapat, secara alamiah manusia merupakan ‘ motivated organism’. Organisasi
memiliki struktur dan system kontrol
tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu
bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya
dan pada waktu yang sama sesuai dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati,
didalam Teori Humanistik, terdapat
tiga variable pokok, yaitu(1) kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati
nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan dan kemampuannya,(2), organisasi
yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota
disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi yang
akrab dan harminis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan
dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blancard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan
bukanlah sesuatu yang anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang
anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard &Zigarmi,2001).
Teori
kepemimpinan lain yang perlu dikemukakan adalah Teori Prilaku Kepemimpinan. Teori ini menekankan pada apa yang
dilakukan oleh seorang pemimpin. Dikemukakan terdapat prilaku yang membedakan pemimpan dari yang
bukan pemimpin. Jika suatu penelitian berhasil menemukan prilaku khas yang menunjukan keberhasilan seorang pemimpin, maka
implikasinya ialah seseorang pada dasarnya dapat dididik dan dilatih untuk
menjadi seorang pemimpin yang efektiv. Teori ini sekaligus menjawab pendapat,
pemimpin itu ada bukan hanya dilahirkan untuk menjadi pemimpin tetapi juga
dapat muncul sebagai hasil dari suatu proses belajar
C. Aplikasi Kepemimpinan Dalam Lembaga
Pendidikan Islam
Dalam
pandangan Islam keberadaan seorang pemimpin pada suatu kelompok atau organisasi
wajib hukumnya, sebagaimana sabda Rosul ;” jika
tiga orang berjalan dalam suatu perjalanan,angkatlah salah satu diantara mereka
sebagai pemimpin.”(HR.Abu Dawud). Selanjutnya dalam riwayat lain Rosulullah
SAW mengingatkan “tidak diangkat seorang
imam (pemimpin) didalam sholat atau diluar sholat kecuali untuk diikuti”.
Dalam QS. annisa :59 perintah mentaati dan mematuhi imam (pemimpin) dinyatakan
secara tegas “ Hai orang-orang yang
beriman atatilah Allah dan taatilah Rosulnya, dan ulil amri (pemimpin)
diantaramu.
Kewajiban
untuk taat dan patuh kepeda pemimpin dalam pandangan Islam adalah karena ia
dipilih ummat dengan memiliki sifat-sifat yang terpuji (akhlaqul karimah).
Dengan demikian seorang pemimpin dalam
proses kepemimpinannya tidak terlepas dari pandangan Allah dan umat yang dipimpinnya.
Pemimpin harus memiliki tanggungjawab yang tinggi, baik dihadapan Allah maupun
dihadapan manusia. Agar tanggungjawab kepemimpinannya dapat berjalan dengan
baik, maka ia harus memiliki sifat-sifat terpuji, sebagaimana Rosulullah
contohkan agar menjadi acuan bagi setiap pemimpin, khususnya bagi ummat Islam
dan menjadi rahmat bagi seluruh alam sebagaimana ditegaskan dalam QS al anbiya;107
“ Dan tidaklah kami mengutus Muhammad ,
melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sifat
kepemimpinan Rosulullah yang dikenal adalah sidiq (benar), amanah (dapat
dipercaya), tabligh(menyampaikan), fatanah(cerdas)
Empat
sifat kepemimpinan Rosulullah dapat dipahami dalam kontex kepemimpinan yang
lebih luas. Maka secara umum keempat sipat tersebut akan menghantarkan siapa saja kepada keberhasilan dalam
menjalankan roda kepemimpinannya Dengan demikian seorang pemimpin harus
memiliki kelebihan dalam ilmu pengetahuan, daya tahan mental dan daya tahan
fisik.
Menurut
Imam Mujiono (2002:61-67) bahwa sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin dalam perspektip Al-Quran meliputi:
1.
Berpengetahuan
luas, kreatip inisiatip, peka, lapang dada
dan selalu tanggap (QS Al-Mujadalah)
2.
Bertindak
adil, jujur dan konsekwen (QS Annisa:58)
3.
Bertanggungjawab
(Al-Anam:164)
4.
Selektip
terhadap informasi(Al-hujurat:16)
5.
Senantiasa
memberikan peringatan(Al-Dzariat:55)
6.
Mampu
memberikan petunjuk dan pengarahan(QS Assajdah:24)
7.
Suka
bermusyawarah(QS Al-Imran:159)
8.
Istiqamah
dan teguh pendirian (QS Al-Ahqaf:13)
9.
Senang
berbuat kebaikan(QS.Al-Baqarah:195)
Menurut Nanang Fatah (1996:91)
bagaimanapun pemimpin berprilaku akan dipengaruhi oleh latar belakang
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka. Disamping itu pemimpin harus
mempertimbangkan kekuatan situasi seperti iklim organisasi, sifat tugas,
tekanan waktu,sikap anggota,bahkan factor lingkungan organisasi.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa seorang pemimpin dalam berprilaku dipengaruhi paling tidak oleh
empat factor yang melatarbelakanginya. Pertama factor keluarga yang langsung
maupun tidak langsung telah melekat pada dirinya. Kedua latarbelakang
pendidikannya yang sangat berpangaruh dalam pola pikir, pola sikap dan
tingkahlakunya. Ketiga pengalaman yang mempengaruhi kebijaksanaan dan
tindakannya. Keempat lingkungan masyarakat sekitar yang akan menentukan arah
yang harus diperankannya
Dalam kaitannya
dengan prilaku yang tampak pada diri pemimpin,maka tidak terlepas dari
sipat-sipat yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Sebab antara prilaku dengan
sifa-sifat yang melekat pada seorang pemimpin tidak dapat dipisahkan. Dengan
demikian mempelajari prilaku pemimpin sama
artinya dengan mempelajari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para psikolog
dan pakar organisasi dalam mengkaji kepemimpinan dngan cara mengenali
karakteristik sifat dan cirri-ciri pemimpin yang berhasil.
Wassalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar