Senin, 15 Desember 2014

Makalah Manajemen; MODEL KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM



MODEL KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
1.      Pendahuluan
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan managemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dengan banyaknya literature yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara terencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.Perkembangan pengetahuan tentang paradigma kepemimpinan dapat meliputi gaya kepemimpinan, teoti-teori kepemimpinan  dan model-model kepemimpinan.

11.  Pembahasan
A.     Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu ( Toha 1982; 123 ). Menurut Rabbins (2002:163) kepemimpinan adalah  kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Menurut Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin serta merasa tak dipaksa.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu, pada situasi tertentu. Kepemimpinan merupaka masalah social yang didalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkordinasi.
Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinanya tidak hanya terbatas pada kemampuanya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggota atau masyarakatnya, untuk ikut berperan aktip, sehingga mereka memberikan kontribusi yang positive dalam usaha mencapai tujuan.
Kepemimpinan seseorang merupakan kunci dari managemen. Para pemimpin dalam menjalankan tugasnya, para pemimpin tidak hanya bertanggungjawab kepada atasannya,  pemilik dan tercapainya tujuan organisasi, mereka juga bertanggnungjawab  terhadap masalah-masalah internal organisasi termasuk didalamnya tanggungjawab terhadap pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia. Secara eksternal para pemimpin memiliki tanggungjawab social kemasyarakatan dan akuntabilitas public.

B.  Teori –Teori Kepemimpinan
Dari sisi teori kepemimpinan, Pada dasarnya teoru-teori kepemimpinan mencoba menerangkan dua hal, yaitu factor-faktor yang terlibat dalam pemunculan kepemimpinan dan sifat-sifat dasar kepemimpinan. Penelitian mengenai dua hal ini lebih memuaskan daripada teorinya sendiri, namun bagaimanapun teori-teori kepemimpinan cukup menarik, karena teori banyak membantu dalam mendefinisikan dan menentukan masalah-masalah penelitian. Dari penelusuran literature tentang kepemimpinan, teori kepemimpinan banyak dipengaruhi oleh penelitian Galton (1879) tentang latar belakang dari orang-orang terkemuka yang mencoba menerangkan kepemimpinan berdasarkan warisan. Beberapa penelitian lanjutan, mengemukakan individu-individu dalam setiap masyarakat memiliki kegiatan yang berbeda dalam intelgenci, energy, dan kekuatan moral serta mereka selalu dipimpin oleh individu yang benar-benar superior.
Dua teori yaitu teori orang –orang terkemuka dan teori situasional, berusaha menerangkan kepemimpinan sebagai efek dari kekuatan tunggal, efek interaksi  antara kelompok individu dengan factor situasi nampaknya kurang mendapat perhatian. Untuk itu penelitian tentang kepemimpinan harus juga termasuk sifat-sifat efektif intelektual dan tindakan individu dan kondisi khusus individu dalam pelaksanaanya. Pendapat lain mengemukakan untuk mengerti kepemimpinan perhatian harus diarahkan kepada sifat dan motiv pemimpin sebagai menusia biasa, membayangkan bahwa terdapat sekelompok orang yang dipimpin dan motipnya mengikuti dia. Penampilan peran harus dimainkan sebagai pemimpin dan kaitan kelembagaan melibatkan dia dan pengikutnya (Hokking & Boggardus).
Beberapa pendapat tersebut apabila diperhatikan dapat dikategorikansebagai teori kepemimpinan dengan sudut pandang ‘personal situasional’. Hal ini disebabkan pandanganya tidak hanya pada masalah situasi yang ada, tetapi juga dilihat interaksi antar individu maupun  antar pimpinan dengan kelompoknya. Teori kepemimpinan yang dikembangkan mengikuti tiga teori diatas adalah teori interaksi harapan. Teori ini mengembangkan tentang peran kepemimpinan dengan menggunakan tiga variable dasar  yaitu tindakan, interaksi dan sentiment. Asumsinya bahwa peningkatan frekwensi interaksi dan partisipasi sangat berkaitan dengan peningkatan sentiment atau perasaan senang dan kejelasan dari norma kelompok. Semakin  tingi kedudukan individu dalam kelompok, maka aktivitasnya semakin sesuai dengan norma kelompok, interaksinya semakin meluas, dan makin banyak anggota kelompok yang berhasil diajak berinteraksi.
Pada tahun 1957 Stogdill mengembangkan teori harapan-reinforcement untuk mencapai peran. Dikemukakan , interaksi antar anggota dalam pelaksanaan tugas akan lebih menguatkan harapan untuk tetap berinteraksi. Jad, peran individu ditentukan oleh harapan bersama yang dikaitkan dengan penampilan dan interaksi yang dilakukan. Kemudian dikemukakan, inti kepemimpinan dapat dilihat dari usaha anggota untuk merubah motivasi anggota lain agar prilakunya ikut berubah. Motivasi dirubah dengan melalui perubahan harapan tentang hadiah  dan hukuman. Perubahan tingkah laku anggota kelompok yang terjadi, dimaksudkan untuk mendapatkan hadiah atas kinerjanya. Dengan demikian,nilai seorang pemimpin atau manager tergantung dari kemampuannya menciptakan harapan akan pujian atau hadiah.
Atas dasar teori diatas, House pada tahun 1970 mengembangkan Teori Kepemimpinan Yang Motivasional. Fungsi motivasi menurut teori ini untuk meningkatkan asosiasi antara cara-cara tertentu yang bernilai positive dalam mencapai tujuan dengan tingkah laku yang diharapkan dan meningkatkan penghargaan bawahan atas pekerjaan yang mengarah pada tujuan.  Pada tahun yang sama Fiedler mengmbangkan Teori Kepemimpinan Yang Efektif. Dikemukakan efektivitas pola tingkah laku pemimpin  tergantung dari hasil yang ditentukan oleh situasi tertentu Pemimpin yang memiliki orentasi kerja cenderung lebih efektif dalam berbagai situasi.
Teori kepemimpinan berikutnya adalah Teori Humanistik, dengan para pelopor Argriris, Blake Dan Mouton, Rensis Likert Dan Douglas Mcgregor, Rensis Likert Dan Douglas Mcgregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah manusia merupakan ‘ motivated organism’. Organisasi memiliki  struktur dan system kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan adalah memodifikasi organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sesuai dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, didalam Teori Humanistik, terdapat tiga variable pokok, yaitu(1) kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan dan kemampuannya,(2), organisasi yang disusun dengan baik agar tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi   secara keseluruhan, dan (3), interaksi yang akrab dan harminis antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup damai bersama-sama. Blancard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard &Zigarmi,2001).
Teori kepemimpinan lain yang perlu dikemukakan adalah Teori Prilaku Kepemimpinan. Teori ini menekankan pada apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Dikemukakan terdapat  prilaku yang membedakan pemimpan dari yang bukan pemimpin. Jika suatu penelitian berhasil menemukan prilaku khas yang  menunjukan keberhasilan seorang pemimpin, maka implikasinya ialah seseorang pada dasarnya dapat dididik dan dilatih untuk menjadi seorang pemimpin yang efektiv. Teori ini sekaligus menjawab pendapat, pemimpin itu ada bukan hanya dilahirkan untuk menjadi pemimpin tetapi juga dapat muncul sebagai hasil dari suatu proses belajar

C.   Aplikasi Kepemimpinan Dalam Lembaga Pendidikan  Islam 
Dalam pandangan Islam keberadaan seorang pemimpin pada suatu kelompok atau organisasi wajib hukumnya, sebagaimana sabda Rosul ;” jika tiga orang berjalan dalam suatu perjalanan,angkatlah salah satu diantara mereka sebagai pemimpin.”(HR.Abu Dawud). Selanjutnya dalam riwayat lain Rosulullah SAW mengingatkan “tidak diangkat seorang imam (pemimpin) didalam sholat atau diluar sholat kecuali untuk diikuti”. Dalam QS. annisa :59 perintah mentaati dan mematuhi imam (pemimpin) dinyatakan secara tegas “ Hai orang-orang yang beriman atatilah Allah dan taatilah Rosulnya, dan ulil amri (pemimpin) diantaramu.
Kewajiban untuk taat dan patuh kepeda pemimpin dalam pandangan Islam adalah karena ia dipilih ummat dengan memiliki sifat-sifat yang terpuji (akhlaqul karimah). Dengan  demikian seorang pemimpin dalam proses kepemimpinannya tidak terlepas dari pandangan Allah dan umat yang dipimpinnya. Pemimpin harus memiliki tanggungjawab yang tinggi, baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia. Agar tanggungjawab kepemimpinannya dapat berjalan dengan baik, maka ia harus memiliki sifat-sifat terpuji, sebagaimana Rosulullah contohkan agar menjadi acuan bagi setiap pemimpin, khususnya bagi ummat Islam dan menjadi rahmat bagi seluruh alam sebagaimana ditegaskan dalam QS al anbiya;107 “ Dan tidaklah kami mengutus Muhammad , melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sifat kepemimpinan Rosulullah yang dikenal adalah sidiq (benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh(menyampaikan), fatanah(cerdas)
Empat sifat kepemimpinan Rosulullah dapat dipahami dalam kontex kepemimpinan yang lebih luas. Maka secara umum keempat sipat tersebut akan menghantarkan  siapa saja kepada keberhasilan dalam menjalankan roda kepemimpinannya Dengan demikian seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam ilmu pengetahuan, daya tahan mental dan daya tahan fisik.
Menurut Imam Mujiono (2002:61-67) bahwa sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam perspektip Al-Quran meliputi:
1.      Berpengetahuan luas, kreatip  inisiatip, peka, lapang dada dan selalu tanggap (QS Al-Mujadalah)
2.      Bertindak adil, jujur dan konsekwen (QS Annisa:58)
3.      Bertanggungjawab (Al-Anam:164)
4.      Selektip terhadap informasi(Al-hujurat:16)
5.      Senantiasa memberikan peringatan(Al-Dzariat:55)
6.      Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan(QS Assajdah:24)
7.      Suka bermusyawarah(QS Al-Imran:159)
8.      Istiqamah dan teguh pendirian (QS Al-Ahqaf:13)
9.      Senang berbuat kebaikan(QS.Al-Baqarah:195)
Menurut Nanang Fatah (1996:91) bagaimanapun pemimpin berprilaku akan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman mereka. Disamping itu pemimpin harus mempertimbangkan kekuatan situasi seperti iklim organisasi, sifat tugas, tekanan waktu,sikap anggota,bahkan factor lingkungan organisasi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang pemimpin dalam berprilaku dipengaruhi paling tidak oleh empat factor yang melatarbelakanginya. Pertama factor keluarga yang langsung maupun tidak langsung telah melekat pada dirinya. Kedua latarbelakang pendidikannya yang sangat berpangaruh dalam pola pikir, pola sikap dan tingkahlakunya. Ketiga pengalaman yang mempengaruhi kebijaksanaan dan tindakannya. Keempat lingkungan masyarakat sekitar yang akan menentukan arah yang harus diperankannya
Dalam kaitannya dengan prilaku yang tampak pada diri pemimpin,maka tidak terlepas dari sipat-sipat yang dimiliki oleh pemimpin tersebut. Sebab antara prilaku dengan sifa-sifat yang melekat pada seorang pemimpin tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian mempelajari prilaku  pemimpin sama artinya dengan mempelajari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para psikolog dan pakar organisasi dalam mengkaji  kepemimpinan dngan cara mengenali karakteristik sifat dan cirri-ciri pemimpin yang berhasil.
Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar