Salah satu
masalah klasik namun sangat krusial yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan
mutu pembelajaran di sekolah adalah masih sulitnya mereka menerapkan
produk-produk penelitian dan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran yang
direkomendasikan oleh pemerintah. Akibatnya hingga saat ini seringkali kinerja guru masih saja
dipersoalkan oleh berbagai pihak.
Beberapa faktor pemicu munculnya
masalah di atas antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: (1)
produk-produk inovasi pembelajaran dan hasil penelitian yang ditawarkan kepada
guru seringkali tidak melibatkan guru dalam pembentukan pengetahuan, sehingga
ada kecenderungan produk-produk inovasi seringkali di luar jangkauan guru. (2) penyebarluasan inovasi
pembelajaran dan hasil penelitian kepada kalangan praktisi pendidikan (guru)
sering memerlukan jangka waktu yang lama, hal ini disebabkan karena kurang
efektifnya model deseminasi yang dikembangkan selama ini, baik melalui seminar,
penataran, maupun publikasi ilmiah akibat dari kurang termonitor dan kurang
terencananya tindak lanjut selepas dari penataran atau seminar dan kurang
jelasnya sasaran dan materi pembinaan[1].
Salah satu upaya strategis yang
dilakukan guna mengatasi permasalahan di atas adalah menggeser paradigma
pendidikan dari bersifat top down menuju botom up yang bersifat
konstruktivis, realistik pragmatis. Perubahan paradigma ini membawa konsekuensi
logis bahwa guru tidak lagi ditempatkan sebagai penerima pembaharuan, namun
guru juga turut bertanggungjawab dan berperan aktif dalam melakukan pembaharuan
pendidikan serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya, khususnya dalam
pengelolaan pembelajaranya di dalam kelas. Salah satunya
pembekalan ketrampilan penelitian tindakan kelas.
Upaya ini akan
memberi dampak positif ganda. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan
permasalahan pembelajaran akan semakin meningkat. Kedua, penyelesaian
masalah pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat
meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, sarana dan prasarana, dan hasil
belajar. dan ketiga¸ peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara
terhadap peningkatan mutu pendidikan dan kualitas luaran.
PENGERTIAN PTK
Konsep
penelitian tindakan bermula dari pandangan seorang ahli psikologi sosial yang
bermana Kurt Lewin (1946). Lewin dipandang sebagai ”bapak ”penelitian tindakan
terutama untuk bidang psikologi sosial dan pendidikan. Pada awalnya, penelitian
tindakan merupakan isu kontroversial, khususnya di Amerika Serikat pada masa
Perang Dingin, mencurigaidan membatasi segala sesuatu yang berbau komunisme
Marxisme.[2]
Pada tahun
1953, ide Lewin dikembangkan oleh Stephen Corey di New York sebagai pendekatan
penelitian yang diselenggarakan oleh guru-guru sekolah. Pada Tahun 1976 Jhon
Elliot menggunakan pendekatan ini untuk membantu guru mengembangkan usaha
inkuiri dalam pengajaran dan pembelajaran di dalam kelas yang kemudian dikenal
dengan penelitian tindakan kelas (PTK).
Banyak ahli
memberikan definisi tentang penelitian tindakan kelas (PTK) berikut ini akan
disajikan beberapa definisi PTK yang dikemukakan oleh para ahl tersebut, (1)
Tim proyek PGSM (1999) mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan
untuk meningkatkan kemantaban rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu,
serta memperbaiki kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan, (2)
Kemis, Stephen dalam D. Hopkins (1992) mendefinisikan penelitian tindakan
kelas adalah ”penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuri melalui
refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran dari (a) praktek-praktek sosial atau kependidikan yang mereka lakukan
sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktek-praktek tersebut, (c) situasi di
tempat praktek itu dilaksanakan”[3].
Bila digabungkan definisi yang
dikemukakan oleh para ahli di atas maka diperoleh batasan penelitian tindakan
kelas sebagai “sebuah proses investigasi terkendali yang berdaur ulang
(bersiklus) dan bersifat reflektif mandiri, yang memiliki tujuan untuk
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi,
kompetensi, atau situasi”.
PRINSIP-PRINSIP
PTK
Hopkins (1993)
menyebutkan ada 6 (enam) prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan
kelas. Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah
menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru
memilki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran secara terus menerus. Prinsip kedua bahwa meneliti
merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan
waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan
selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning),
pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation),
evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari
proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip ketiga bahwa
kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus
diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Prinsip
keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran
yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap
pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap
dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Prinsip
keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya
dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif
yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya
peningkatan kualitas pendidikan.[4]
KARAKTERISTIK PTK
Berdasar
uraian-uraian yang telah dikemukakan sebelumnya di atas, maka dapat dicermati
karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu;
a.an inquiry on pratice from within . Karakteristik pertama dari
penelitian tindakan kelas bahwa kegiatan tersebut dimulai oleh permasalahan
praktis yang dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-harinya sebagai
pengelola program pembelajaran di dalam kelas atau sebagai jajaran staf pengajar
di sekolah.
b. Collaborativ.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari
berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan.
c.Reflective,
Practice, Made Public. Penelitian tindakan kelas memiliki
ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan untuk perbaikan (improvement)
praktis. Penelitian tindakan kelas lebih menekankan kepada proses ‘perenungan
kembali’ (refleksi) terhadap proses dan hasil penelitian secara berkelanjutan
untuk mendapatkan penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan,
kemunduran, kekurang efektifan, dan sebagaianya dari pelaksanaan sebuah
tindakan untuk dapat digunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus-siklus
selanjutnya.
d.Every day
Pratical Problems. Penelitian
tindakan kelas lebih memfokuskan permasalahan nyata di dalam kelas yang
dihadapi guru sehari-hari, bukan berangkat dari permasalahan yang bersifat
teoritis (teoritical problems).
e.Teori menuju
aksi. Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk mengadopsi
teori kedalam tindakan nyata untuk merubah situasi yang sulit kedalam
permasalahan praktis yang bisa dipecahkan.
TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Tujuan utama
dari PTK adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan (improvement)
atau peningkatan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan/berkesinambungan.
Adapun manfaat PTK
yaitu (1) guru semakin diberdayakan (empowered) untuk mengambil berbagai
prakarsa profesional secara mandiri. (2) guru memiliki keberanian mencobakan
hal-hal baru yang diduga dapat membawa perbaikan dalam kegiatan pembelajaranya
di dalam kelas. (3) Guru tidak lagi puas dengan rutinitas monoton (complacent),
melainkan terpacu untuk selalu berbuat lebih baik dari sekarang yang telah
diraihnya sehingga terbuka peluang untuk peningkatan kinerja secara
berkesinambingan (continue).[5]
LANGKAH - LANGKAH PTK
1. Penetapan
Fokus/Masalah Penelitian, yang meliputi: (a). Merasakan
adanya masalah. (b).
Identifikasi Masalah PTK. (c). Analisis Masalah. (d) Perumusan
masalah.
2. Perencanaan
Tindakan, yang meliputi: (a). Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan (b). Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan (c). Persiapan Tindakan
3. Pelaksanaan
Tindakan dan Observasi-Interpretasi, meliputi: (a). Pelaksanaan Tindakan. (b). Observasi
dan Interpretasi. (c).
Diskusi.
4. Analisis
dan Refleksi, meliputi: (a).
Analisis Data. (b). Refleksi
CONTOH PTK
1. JUDUL
Judul PTK hendaknya menyatakan
dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan
peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi Judul hendaknya singkat,
jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK, bukan
sosok penelitian formal.
2. LATAR
BELAKANG
Dalam latar belakang permasalahan hendaknya diuraikan
urgensi penanganan permasalahan yang diajukan melalui PTK. Untuk itu harus
ditunjukkan fakta-fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru
selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian
terdahulu, apabila ada, akan lebih baik mengokohkan argumentasi mengenai
urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang
diusulkan. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya
tercermin dalam uraian bagian ini.
3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang diusulkan untuk
ditangani melalui PTK dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah
hendaknya benar-benar diangkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang
layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya, permasalahan yang secara
teknis-metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada
hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis
masalah diikuti refleksi awal sehingga permasalahan yang perlu ditangani itu
nampak menjadi lebih jelas. Dengan kata lain, bagian ino dikunci dengan
perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini, sosok PTK harus secara konsisten
tertampilkan.
4. CARA
PEMECAHAN MASALAH
Dalam bagian ini dikemukakan cara
yang diajukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Alternatif pemecahan yang
diajukan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang mantap yang bertolak
hasil analisis masalah. Di samping itu, harus terbayangkan kemungkinan
kemanfaatan hasil pemecahan masalah dalam rangka pembenahan/atau peningkatan
implementasi pembelajaran/atau berbagai program sekolah lainnya. Juga harus
dicermati bahwa artikulasi kemanfaatan PTK berbeda dari kemanfaatan penelitian
formal.
5. TUJUAN
PENELITIAN DAN PEMANFAATAN PENELITIAN
Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas. Paparkan
sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisiten
dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam baian-bagian sebelumnya.
Dengan sendirinya artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Pencapaian
tujuan hendakya dapat diverifikasikan secara obyektif, sedapat mungkin bisa
dikwantifikasikan. Di samping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan
penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik
keuntungan-keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi peserta didik sebagai
pewaris langsung hasil PTK.
6. KERAGKA
TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pada bagian ini diuraikan landasan substantif
dalam arti teoritik atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam
menentukan alternatif tindakan yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan
itu, dalam bagian ini diuraikan kajian terhadap baik pengalaman peneliti pelaku
PTK sendiri yang relevan maupun pelaku PTK lain. Argumentasi logik dan teoritik
diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Atas dasar kerangka konseptual
yang disusun itu hipotesis tindakan dirumuskan.
7. RENCANA
PENELITIAN
a. Setting Penelitian dan
karakteristik Subyek Penelitian
Pada bagian ini disebutkan dimana
penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik
kelas tersebut. Misalnya komposisi pria wanita, latar belakang sosial ekonomi
yang mungkin relevan dengan permasalahan, tingkat kemampuan dsb. Aspek
substantif permasalahan seperti Matematika SMP, Bahasa Inggris SMA.
b. Variabel
yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan
variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab
permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input
yang terkait dengan peserta didik, guru, bahan ajar, prosedur evaluasi, lingkungan
belajar dsb. (2) variabel proses penyelenggaraan pembelajaran seperti interaksi
pembelajaran, keterampilan bertanya guru, cara belajar peserta didik,
implementasi berbagai metode pembelajaran dikelas dsb. (3) variabel output,
seperti rasa keingintahuan peserta didik, kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi belajar peserta didik dsb.
c. Rencana
Tindakan
Pada bagian ini digambarkan rencana
tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran, seperti:
(1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan
dengan PTK yang diprakarsai seperti, penetapan entry behavior,
pelancaran tes diagnostik untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario
pembelajaran, pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain-lain
yang terkait degan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan
sebelumnya. (2) Implementasi Tindakan, yaitu
deskripsi tindakan yang akan digelar, skenario kerja perbaikan dan prosedur
tindakan yang akan diterapkan.
(3) Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur
perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi
tindakan perbaikan yang dirancang.
(4) Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur
analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak
tindakan perbaikan yang akan digelar, personil yang akan dilibatkan, serta
kreteria dan rencana bagi tindakan daur berikutnya.
d. Data
dan Cara Pengumpulannya
Pada bagian ini ditunjukan dengan
jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan baik proses maupun dampak
tindakan perbaikan yang digelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk
menilai keberhasilan atau kekurang berhasilan tindakan perbaikan pembelajaran
yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau
kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpuan data yang diperlukan juga
harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan
jurnal harian, observasi aktivitas dikelas, penggambaran interaksi dalam kelas,
pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur pengukuran, dan sebagainya.
Selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK, para guru juga harus aktif
sebagai pengumpul data, bukan semata-mata sebagai sumber data. Akhirnya, semua
teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan
yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja
menyajikan mutu rekaman yang jauh lebih baik , penggunaan teknologi perekaman
data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang uang dalam rangka
analisis dan interpretasi data.
e. Indikator
Kinerja
Pada bagian ini tolok ukur
keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan
verifikasinya. Untuk tindakan perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi
kesalahan konsep peserta didik misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan.
f. Tim
Peneliti dan Tugasnya
Dalam bagian ini hendaknya
dicantumkan nama-nama anggota peneliti dan uraian tugasnya setiap anggota tim
peneliti, serta jam kerja yang dialokasikan setiap minggu untuk kegiatan
penelitian.
8. JADWAL
PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun dalam matriks
yang menggambarkan urutan kegiatan dari awal sampai akhir.
9. RENCANA
ANGGARAN
Anggaran juga perlu dicantumkan dalam penelitian
tindakan kelas, hal supaya bias terukur secara ekonomi.
Reff:
Baskoro Adi Prayitno. http://baskoro1.blogspot.com/2008/06/konsep-dasar-ptk-penelitian-tindakan.html.
di akses 8 mei 2011
Rochiati Wiriaatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Rosdakarya. 2009.
Evi Afifah Hurriyati, M.Si.
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/konsultasipendidikan
11/02/16/164230 apa-sih-maksud-dari-ptk-penelitian-tindakan-kelas-
[1]
Baskoro
Adi Prayitno. http://baskoro1.blogspot.com/2008/06/konsep-dasar-ptk-penelitian-tindakan.html.
di akses 8 mei 2011
[3]
Rochiati Wiriaatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas. 12
[5] Evi Afifah Hurriyati, M.Si.
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/konsultasipendidikan/
11/02/ 16/164230-apa-sih-maksud-dari-ptk-penelitian-tindakan-kelas-
[6]
Rochiati Wiriaatmadja. Metode Penelitian Tindakan Kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar