Senin, 15 Desember 2014

Makalah Sejarah Islam dan Dunia; Penetrasi Barat Dan Dampaknya Bagi Islam



BAB I
MUQADDIMAH

Islam adalah agama rahmatal lil ‘alamin, agama yang mengajarkan manusia akan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Cita-cita itulah yang digagas Rasul Muhammad, Khulafa’ur Rasyidin, Amawiyah dan dilanjutkan oleh Abbassiyah. Oleh para sejarawan, kedatangan agama Islam dipandang sebagai sistem baru yang mampu menggerakan pemikiran, cita-cita dan kebudayaan dan peradaban baru[1].

Pada kenyataannya, setelah terbentuknya Islam sebagai agama pada abad 7 Hijriah, Islam memainkan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sejarah mencatat, penolakan dan pemberontakan oleh orang-orang kafir tidak lantas membuat Islam lemah, mundur, bahkan hancur. Namun justru sebaliknya, Islam mampu menancapkan keyakinan dalam umatnya. Paling tidak dengan membuka lembaran masa kejayaan Islam, hal itu bisa kita ingat kembali. Zaman Abbassiyah merupakan “mercusuar” Islam secara hakikatnya, dimana sementara bangsa-bangsa lain masih sibuk dengan urusan yang bersifat lokal, namun Islam pada waktu itu telah menyatakan diri dengan kemajuan dan peradaban sebagai “Islam sistem kehidupan”[2].
Kejayaan Islam-pun semakin berkembang hingga menembus dataran Eropa. Hal ini diawali dengan Andalusia menjadi pusat peradaban Islam setelah Baghdad mengalami kemunduran. Dengan menjadinya Andalucía sebagai pusat peradaban, maka bangsa Eropa mulai datang ke Andalusia untuk belajar, mempelajari buku, dan menerjemahkan buku.
Setelah Andalusia mengalami masa kemunduran, maka kekuatan Islam terakhir adalah terletak pada tiga Kerajaan Islam besar, yaitu Kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal (India)[3].
Dari sinilah para sejarawan mencatat, bahwa penetrasi Barat dengan gencar dilancarkan sejak periode ini.



BAB II

PENGERTIAN PENETRASI

            Kata penetrasi, dalam kamus Inggris-Indonesia[4] disebutkan setidaknya berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu “Penetrate” (kata keterangan) dan “Penetration”(kata benda). Jika merujuk pada kata yang pertama, “penetrate” bermakna menembus, merasuki dan menusuk. Sedangkan kata “penetration” mempunyai arti penembusan, dan perembesan. Dari dua kata diatas, menurut hemat penulis makna yang pas adalah “menembus”. Alasannya adalah makna ini lebih dekat terhadap pemahaman usaha, penembusan dunia Barat terhadap dunia Islam.
Apabila dirangkaikan kata penetrasi dengan judul makalah ini, maka mempunyai makna “usaha-usaha penembusan bangsa Barat terhadap bangsa Islam”.
Jika kita sedikit mengkritisi tentang penggunaan kata penetrasi dalam makalah ini, dan mempertanyakannya kenapa tidak menggunakan kata-kata lain yang mempunyai kesamaan makna. Disini Muhamed Abed Al Jabiri[5] memberikan gambaran, sebenarnya ada beberapa kata yang memiliki padanan kata dengan penetrasi, antara lain: depedensi, imperealisme, dan perang. “Depedensi” menunjukan hubungan yang berawal dari pengikut ke yang di ikuti, dan oleh karenanya menunjukan kebutuhan atau kekurangan pada pengikut. Sedangkan istilah “Imperealisme” menunjukan pada hubungan yang bermula dari yang diikuti ke pengikut, dan oleh karenanya menunjukan kekuatan dan  hegemoni yang dilakukan oleh pihak yang pertama ke pihak yang kedua. Setelah diadakan penelitian kata, depedensi dan imperealisme menunjukan makna sebatas menyampaikan isi hubungan dengan segenap dimensi dan pengaruhnya.
Dan istilah “perang” pada dekade ini, penggunaannya merujuk pada konservatif dan wacana revolusioner, yang bermuatan ideologis serta membawa signifikansi linguistik yang sekaligus juga bermuatan emosional.
Dengan melihat analisis kata di atas, setidaknya memberikan pandangan dan pemahaman kenapa kata penetrasi dipilih oleh penulis dan digunakan dalam makalah ini.

                                                       BAB III

PERMULAAN PENETRASI

Dalam sebuah perkuliahan Program Pascasarjana, Prof. Musyrifah Sunanto[6] menjelaskan kronologis awal mula penetrasi bangsa Barat terhadap dunia Islam. Prof. Musyrifah menyatakan bahwa penetrasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Penetrasi kuno (tua) dan penetrasi modern. “Penetrasi tua” adalah model penetrasi yang dilakukan secara fisik yang berupa pencaplokan wilayah, perbudakan dan penjajahan. Model penetrasi semacam ini sebenarnya sudah dimulai ketika usaha penghancuran Baghdad (1238 M) oleh bangsa Mongol, dilanjutkan dengan misi Perang Salib, dan yang terakhir adalah pengusiran umat Islam di Andalusia. Berawal dari sinilah, segala kehebatan dan kemajuan Islam di konversi oleh bangsa Barat dan kemudian mereka terapkan segala peradaban Islam tersebut dalam kehidupan mereka. Sedangkan model penetrasi yang kedua yakni bentuk “penetrasi modern”, Prof. Musyrifah menjelaskan bahwa setelah peristiwa terjadinya Perang Dunia II antara tahun 1938-1945, dan berakhir dengan  melahirkan sebuah organisasi dunia yang berfungsi sebagai pengontrol dan penyeimbang keamanan dunia, yaitu Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dengan lahirnya PBB, maka terbitlah aturan-aturan bahwa kolonialisme secara fisik adalah dilarang. Meskipun demikian, nampaknya bangsa Barat terus berfikir untuk bisa mencaplok bangsa lain, maka dalam istilah Prof. Musrifah disebut dengan istilah kolonialisme/penetrasi modern, yakni penjajahan atas Islam bukan secara politis, namun lebih terhadap sisi kehidupan nyata, antara lain pendidikan, budaya, ekonomi, ilmu dan agama, yang kesemuanya itu merupakan sisi fundamental kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut sumber yang lain, disebutkan bahwa pasca Perang Salib I-lah kejahatan penetrasi Barat jelas-jelas terlihat[7] karena dari sanalah pembelengguan umat Islam oleh Barat sangat kentara. Apalagi dengan berakhirnya peperangan tersebut kaum muslimin menderita kerugian yang luar biasa, tidak hanya kerugian yang bersifat material berupa banyaknya wilayah Islam yang dikuasai oleh Barat, tapi juga kerugian non-material yang berupa mulai hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya bangsa Barat ke dalam negeri Islam.

                                                       BAB IV

KEADAAN UMAT ISLAM PRA-PENETRASI


Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan besar berkuasa, yaitu Turki Usmani, Safawi dan Mughal (India). Namun seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun kekuatan Islam menurun bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan Islam tersebut. Bangsa Barat mulai melakukan usaha kebangkitannya, sebagaimana telah disebutkan ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami kemunduran di abad ke-18, Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan Safawiah mengalami kemunduran, karena tidak hanya mendapat serangan dari kerajaan Turki, tetapi juga mendapat serangan dari kalangan dinasti yang tunduk pada Safawiah yang ingin merdeka, yaitu berturut-turut raja Afghanistan, sehingga pada tahun 1722 M berhasil menduduki Asfahan, kemudian disusul dengan serangan Dinasti Zand yang pada tahun 1750 M berhasil menguasai seluruh Persia. Maka berakhirlah kekuasaan kerajaan Safawi di pertengahan abad ke-18.
Di belahan kerajaan Mughal juga dilanda kemunduran, tepatnya pada pemerintahan setelah Aurangzeb, yaitu mendapat serangan dari masyarakat Hindu. Diantaranya pemberontakan Sikh yang dipimpin oleh Guru Tegh Mahabur Dean, Guru Gobind Singh. Pada awal paruh kedua abad ke 19 M, kerajaan Mughal hancur ditangan Inggris yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India.
Kekuasaan Islam terakhir yang masih disegani oleh Barat tinggal kerajaan Usmani di Turki. Akan tetapi yang terakhir inipun terus mengalami kemunduran demi kemunduran, sehingga dijuluki sebagai the sick man of Europe, orang sakit dari eropa. Dalam periode kerajaan Usmani peradaban Islam mendapatkan perlawanan dari dua arah, yaitu dari dalam, berupa perlawanan dari orang Islam sendiri, dan dari luar, berupa serangan balik dari eropa khususnya kerajaan Kristen. Dari dalam, kerajaan Usmani dilanda konflik antara penguasa Turki dan perlawanan dari daerah kekuasaannya yang menuntut merdeka, seperti Mesir dan Negara Arab lainnya.  Karena pada waktu itu Turki dipandang bukan sebagai Khalifah yang melindungi Islam, tetapi tidak lebih sebagai kerajaan yang hanya mementingkan kekuasaan, bahkan kehidupan dalam istana tidak kelihatan corak keIslamannya, yang ada hanyalah kemewahan[8].
            Sehingga dengan demikian, pecahlah peperangan dengan kerajaan Safawiyah yang berkepanjangan sampai runtuhnya Usmani secara total. Diantara peperangan itu adalah peperangan yang memperebutkan wilayah Iraq pada abad ke-18. Ada yang berpendapat bahwa peperangan  itu merupakan peperangan ideologis antara Sunni dan Syiah. Kemerosotan Kesultanan Turki Usmani semakin cepat setelah mendapat serangan dari dunia Barat, sehingga daerah kekuasaanya satu persatu jatuh kembali ke tangan Kristen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelemahan kerajaan-kerajaan Islam tersebut telah menyebabkan eropa dapat menguasai, menduduki, dan menjajah negeri-negeri Islam dengan mudah. 



                                                         BAB V

RENAISANS DAN MOTIF-MOTIF PENETRASI


Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat karena ia harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan perang Islam yang sangat sulit dikalahkan, terutama kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka harus menembus lautan yang dianggap sebagai pembatas ruang gerak mereka. Setelah jalan melalui laut telah ditemukan oleh Christoper Colombus  (1492 M) menemukan benua Amerika dan Vasco Da Gama menemukan jalan ke timur melalui Tanjung Harapan (1498 M). Benua Amerika dan Kepulauan Hindia segera jatuh kedalam kekuasaan eropa, maka eropa tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam sehingga perdagangan maju di eropa. Kemudian terjadilah perputaran  nasib dalam sejarah seluruh umat manusia[9].
            Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada khazanah ilmu pengetahuan dan metode berfikir yang dikembangkan umat Islam yakni rasional. Diantara jalur masuknya ilmu pengetahuan Islam ke eropa yang terpenting adalah Spanyol. Ketika Spanyol Islam mengalami kejayaan, banyak orang-orang eropa yang datang untuk belajar kesana, kemudian menerjemahkan karya-karya ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke 12[10].
            Gerakan Renaisans bangsa Eropa melahirkan perubahan-perubahan besar. Abad ke 16 dan 17 merupakan abad yang paling penting bagi kebangkitan eropa, sementara pada akhir abad ke 17 itu pula, dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Banyak penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahun dan kehidupan yang diperoleh orang-orang Eropa. Perkembangan itu semakin cepat setelah ditemukan ‘mesin uap’, yang kemudian melahirkan Revolusi Industri di Eropa. Tekhnologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan kekuatan baru yang mereka miliki, eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh dunia, tanpa mendapat hambatan berarti dari lawan-lawan mereka yang masih menggunakan persenjataan sederhana dan tradisional.
            Dalam pada itu, kemerosotan dunia Islam tidak terbatas pada bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan dari Eropa dalam industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani dibidang ini pada masa-masa sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia.
            Motif-motif penetrasi Barat terhadap dunia Islam sebenarnya berlatar belakang atas 3 hal, yaitu:
Mercenary: yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.
Missionary: untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.
Military: perluasan daerah militer.
Selain itu, hal yang melatar belakangi penjajahan Barat atas negeri-negeri Islam adalah faktor ekonomi dan politik. Hal ini disebabkan karena kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku. Disamping rempah-rempah, mereka juga butuh negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan Barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada orang Barat, karena selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam[11].



BAB VI

DAMPAK PENETRASI SEJAK DULU HINGGA KINI


            Sejak kekalahan Turki Usmani di Wina, Barat semakin terbuka matanya bahwa Islam telah melemah. Dengan fakta itulah bangsa Barat semakin berani menyerang negara-negara Islam.
Jika melihat dampak penetrasi dari segi politis, maka akan kita dapatkan bahwa ketika Kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran sedangkan Barat mengalami kemajuan dalam berbagai segi seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan militer.
Konsentrasi penetrasi secara politis dimulai dengan menaklukan daerah-daerah diluar wilayah kekuasaan Turki Usmani, hal ini dilakukan karena nama besar Turki Usmani masih dipandang sebagai kekuataan oleh Barat. Namun setelah kekalahan di Wina[12], Turki Usmani tidak lagi dipadang sebagai kekuatan yang membahayakan. Penetrasi yang pertama kali dilancarkan bangsa Barat terhadap dunia Islam adalah negara India (Mughal). Inggris terlebih dahulu mencoba menaklukan India dengan motif berdagang. Sementara itu Perancis juga mempunyai niat yang sama yaitu menguasai India, maka pecahlah peperangan antara Inggris melawan Perancis dalam memperebutkan wilayah India dan berakhir dengan kemenangan Inggris[13].
Setelah India dikuasai, maka target selanjutnya adalah wilayah Asia Tenggara sebagai tempat Islam baru berkembang. Negara-negara di wilayah Asia Tenggara merupakan daerah yang kaya dengan rempah-rempah dan itu sudah terkenal sejak masa dulu sebagai wilayah perebutan kekuasaan karena memperebutkan rempah-rempah tersebut. Bangsa Barat tidak kesulitan dalam menaklukannya, kerajaan Islam Malaka yang berdiri di daerah yang strategis merupakan kerajaan Islam pertama yang ditaklukan Portugis. Setelah itu, Spanyol datang ke Maluku, kemudian Spanyol berhasil menguasai Fhilipina.
Dari uraian diatas, dapat dipahami mengapa banyak sekali negara-negara muslim yang sampai saat ini dapat dikuasai dan masih dijajah oleh Barat.
Sedangkan jika melihat dampak penetrasi ditinjau dari segi realitas kehidupan, maka dapat dilihat dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain: pendidikan, budaya, ilmu, ekonomi dan agama[14]. Dijelaskan oleh Prof Musyrifah, bahwa dampak penetrasi jika dilihat dari segi pendidikan, maka akan banyak sekali ditemukan fakta yang mengarah pada pendidikan sekuler, yang justru menjauhkan nilai-nalai agama dalam proses transfer of knowledge. Hal ini berawal ketika Belanda menguasai Indonesia dan Belanda merubah sistem pendidikan pondok pesantren yang telah berkembang pada saat itu dengan sistem formal[15]. Begitu juga dari segi budaya, dampak penetrasi terlihat jelas dalam model pergaulan yang mengadopsi total Barat, mulai dari free seks, miras, bahkan sampai merambat pada hilangnya budaya leluhur yakni sungkem[16], dan makan bersama keluarga diganti dengan model-model Eropa seperti dinner di café atau restoran. Dalam bidang ilmu juga demikian, tulisan-tulisan Arab sejak dahulu digunakan sebagai tulisan dalam proses pendidikan, dan oleh Belanda diganti dengan tulisan latin[17]. Hal ini mengakibatkan banyaknya generasi muda sekarang ini yang tidak bisa baca kitak klasik. Dalam hal ekonomi muncul istilah IMF (international monetary found), yang secara terang-terangan berani dan siap memback up segala kegiatan yang dianggap cukup signifikan, tentu yang sesuai dengan misi mereka. Dan dalam hal agama muncul tiga istilah penting, yakni kristenisasi, westernisasi, dan sekulerisasi. “Kristenisasi” yaitu upaya meng-kristenkan masyarakat yang berada dalam wilayah-wilayah kekuasaannya. Sedangkan “westernisasi” yaitu mencari kelemahan Islam dan menghancurkannya dengan menggunakan kelemahan-kelemahan tersebut. Dan “sekulerisasi” yakni menjadikan Islam sebagai agama samawi yang bersifat relatif serta terbukanya kritikan-kritikan dan hujatan-hujatan terhadap Islam.
Dengan dua uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dampak penetrasi secara politis adalah dikuasainya suatu bangsa dengan kekuasaan. Sedangkan secara realitas kehidupan, dampak penetrasi mengancam suatu bangsa yang secara tak sadar telah dikuasai dan dikontrol oleh Barat.



                                                         BAB VII

RESPON DUNIA ISLAM TERHADAP PENETRASI


            Melihat dampaknya, tentu penetrasi membawa dampak yang tidak sedikit. Karena faktor ini pula banyak umat Islam kemudian sadar akan keadaan dan keberadaanya.
            Dalam banyak literatur disebutkan dengan penetrasilah kesadaran umat Islam meningkat, hal ini dibuktikan dengan bentuk gerakan-gerakan pembaharuan. Dimulai dari gerakan pembaharuan di Turki Usmani pasca kekalahan di Wina dan juga di daerah-daerah Islam lainnya[18]. Secara sistematis, Prof. musyrifah[19] membagi gelombang pembaharuan menjadi empat, yakni:
             a.                                          Salafiyah, yakni gerakan yang berusaha memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran umat Islam. Gerakan ini lebih dikenal dengan istilah gerakan “wahabbiyah” yang berpusat dan berkembang di Saudi Arabia.
            b.                                          Modernisme, yakni gerakan yang berusaha mengembalikan kepada Islam yang sesuai dengan ajaran. Gerakan ini dipelopori oleh Muhammad Abduh.
             c.                                          Westernisme dalam Islam, yakni gerakan yang membangun Islam dengan tekhnologi modern, namun yang sesuai dengan Islam. Gerakan ini dipelopori oleh Muhammad Iqbal di India.
            d.                                          Sekulerisme dalam Islam, yakni membangun Islam yang sesuai dengan ke-modern-an namun juga yang sesuai dengan kondisi umat Islam kekinian. Gerakan ini dirintis oleh Mustafa Kemal di Turki.
Begitu dahsyatnya gelombang pembaharuan yang terjadi, sehingga banyak sekali negara-negara Islam yang dikusai oleh bangsa Barat namun selanjutnya berhasil mengikrarkan diri sebagai negara merdeka, seperti halnya Indonesia, Pakistan, Mesir, Sudan, Malaysia, Brunei Darusslam dan negara-negara Islam lainnya.

KESIMPULAN
           
         Demikianlah uraian penetrasi mulai dari awal terjadi hingga sampai pada usaha-usaha pembaharuan yang diakhiri dengan kemerdekaan negeri-negeri Islam. Pada intinya, penetrasi merupakan bentuk kolonialisme fisik maupun psikis sebagai usaha perluasan wilayah jajahan ataupun bermisi ekonomi. Yang jelas, usaha Barat dalam kolonialisme tidak akan berhenti.
         Dan hal ini tentu saja menjadi perhatian kita bersama, bahwa kita semua telah mengetahui motif dan niat Barat menjajah negeri Islam, yaitu ekonomi. Sejatinya kita harus menyadari bahwa negeri-negeri Islam adalah negeri-negeri yang kaya raya, subur dan makmur, kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa Barat. Kekayaan yang tidak hanya terletak di daratan dan di lautan saja, namun juga di bawah tanah (minyak).

















REFFERENSI


Prof. Drs. Musyrifah Sunanto,
2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Press

                                             ,                                                                                                                                         
                  2007. Sejarah Islam Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Karen Armstrong,
                  1997. Berperang Demi Tuhan Fundamentalisme dalam Islam, Kristen dan Yahudi. Jakarta: Mizan

Marshal G.S. Hodgson,
2002.The Venture Of Islam. Jakarta: Paramadina

di upload tanggal 28 November 2010

John M. Echols & Hassan Shadily,
2000. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet XXIV

Muhamed Abed Al Jabiri,
2004. Problem Peradaban, Penelusuran Peradaban Arab, Islam Dan Timur. Yogyakarta: Belukar

Kuliah Pascasarjana, Minggu 5 Desember 2010. Institut PTIQ Jakarta

Dr. Badri Yatim,
2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press


[1] Prof. Drs. Musyrifah Sunanto. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Press. 2005. Hal 1
[2] Marshal G.S. Hodgson. The Venture Of Islam. Jakarta: Paramadina. 2002. Hal 98
[3] www.penetrasi_barat.com di upload tanggal 28 November 2010
[4] John M. Echols & Hassan Shadily. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet XXIV. 2000. hal 424 
[5] Mohamed Abed Al Jabiri. Problem Peradaban, Penelusuran Peradaban Arab, Islam Dan Timur. Yogyakarta: Belukar. 2004. Hal 184-185
[6] Kuliah Pascasarjana, Minggu 5 Desember 2010. Institut PTIQ Jakarta
[9] Kuliah Pascasarjana.op.cit
[10] Marshal G.S. Hodgson. Op.cit hal 98
[12] Waktu itu Kerajaan Turki Usmani bergabung bersama Jerman dalam Perang Dunia II di Wina, namun Turki Usmani kalah oleh Negara-negara sekutu Eropa.
[14] Kuliah Pascasarjana.op.cit 
[15] Nurcholish Madjid menyebutkan bahwa seandainya Belanda tidak menjajah Indonesia, mungkin pendidikan Indonesia yang ada sekarang ini adalah pendidikan sistem pondok pesantren. Karena pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
[16] Pada zaman dahulu, setiap lebaran sanak kerabat saling mengunjungi dengan tujuan berma’af-ma’afan, diisi dengan budaya meminta ma’af pada kerabat yang lebih sepuh, dan setelah itu makan bersama.
[17]  Prof. Drs. Musyrifah Sunanto.op.cit. hal 119
                [18]  www.makalah.op.cit
[19]  Kuliah Pascasarjana.op.cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar