BAB
I
MUQADDIMAH
Islam adalah agama rahmatal lil ‘alamin, agama yang mengajarkan manusia
akan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Cita-cita itulah yang digagas Rasul Muhammad,
Khulafa’ur Rasyidin, Amawiyah dan dilanjutkan oleh Abbassiyah. Oleh para sejarawan, kedatangan agama Islam dipandang
sebagai sistem baru yang mampu menggerakan pemikiran, cita-cita dan kebudayaan
dan peradaban baru[1].
Pada kenyataannya, setelah terbentuknya
Islam sebagai agama pada abad 7 Hijriah, Islam memainkan peranan pentingnya dalam
masyarakat. Sejarah mencatat, penolakan dan pemberontakan oleh orang-orang
kafir tidak lantas membuat Islam lemah, mundur, bahkan hancur. Namun justru
sebaliknya, Islam mampu menancapkan keyakinan dalam umatnya. Paling tidak
dengan membuka lembaran masa kejayaan Islam, hal itu bisa kita ingat kembali.
Zaman Abbassiyah merupakan “mercusuar” Islam secara hakikatnya, dimana sementara
bangsa-bangsa lain masih sibuk dengan urusan yang bersifat lokal, namun Islam pada
waktu itu telah menyatakan diri dengan kemajuan dan peradaban sebagai “Islam sistem
kehidupan”[2].
Kejayaan Islam-pun semakin berkembang hingga menembus dataran Eropa. Hal ini diawali dengan Andalusia menjadi
pusat peradaban Islam setelah Baghdad mengalami kemunduran. Dengan menjadinya Andalucía
sebagai pusat peradaban, maka bangsa Eropa mulai datang ke Andalusia untuk belajar,
mempelajari buku, dan menerjemahkan buku.
Setelah Andalusia mengalami
masa kemunduran, maka kekuatan Islam terakhir adalah terletak pada tiga Kerajaan
Islam besar, yaitu Kerajaan Turki Usmani, Safawi dan Mughal (India)[3].
Dari sinilah para sejarawan
mencatat, bahwa penetrasi Barat dengan gencar dilancarkan sejak periode ini.
BAB II
PENGERTIAN PENETRASI
Kata penetrasi, dalam kamus Inggris-Indonesia[4] disebutkan setidaknya berasal dari dua
kata yang berbeda, yaitu “Penetrate” (kata keterangan) dan “Penetration”(kata
benda). Jika merujuk pada kata yang pertama, “penetrate” bermakna menembus,
merasuki dan menusuk. Sedangkan kata “penetration” mempunyai arti penembusan,
dan perembesan. Dari dua kata diatas, menurut hemat penulis makna yang pas
adalah “menembus”. Alasannya adalah makna ini lebih dekat terhadap pemahaman
usaha, penembusan dunia Barat terhadap dunia Islam.
Apabila dirangkaikan kata
penetrasi dengan judul makalah ini, maka mempunyai makna “usaha-usaha
penembusan bangsa Barat terhadap bangsa Islam”.
Jika kita sedikit mengkritisi
tentang penggunaan kata penetrasi dalam makalah ini, dan mempertanyakannya
kenapa tidak menggunakan kata-kata lain yang mempunyai kesamaan makna. Disini
Muhamed Abed Al Jabiri[5] memberikan gambaran, sebenarnya ada beberapa
kata yang memiliki padanan kata dengan penetrasi, antara lain: depedensi,
imperealisme, dan perang. “Depedensi” menunjukan hubungan yang berawal dari pengikut
ke yang di ikuti, dan oleh karenanya menunjukan kebutuhan atau kekurangan pada
pengikut. Sedangkan istilah “Imperealisme” menunjukan pada hubungan yang
bermula dari yang diikuti ke pengikut, dan oleh karenanya menunjukan kekuatan
dan hegemoni yang dilakukan oleh pihak
yang pertama ke pihak yang kedua. Setelah diadakan penelitian kata, depedensi
dan imperealisme menunjukan makna sebatas menyampaikan isi hubungan dengan segenap
dimensi dan pengaruhnya.
Dan istilah “perang” pada dekade
ini, penggunaannya merujuk pada konservatif dan wacana revolusioner, yang bermuatan
ideologis serta membawa signifikansi linguistik yang sekaligus juga bermuatan
emosional.
Dengan melihat analisis kata
di atas, setidaknya memberikan pandangan dan pemahaman kenapa kata penetrasi dipilih
oleh penulis dan digunakan dalam makalah ini.
BAB III
PERMULAAN PENETRASI
Dalam sebuah perkuliahan Program Pascasarjana, Prof. Musyrifah Sunanto[6]
menjelaskan kronologis awal mula penetrasi bangsa Barat terhadap dunia Islam. Prof. Musyrifah menyatakan bahwa penetrasi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: Penetrasi kuno (tua) dan penetrasi modern. “Penetrasi
tua” adalah model penetrasi yang dilakukan secara fisik yang berupa pencaplokan
wilayah, perbudakan dan penjajahan. Model penetrasi semacam ini sebenarnya
sudah dimulai ketika usaha penghancuran Baghdad (1238 M) oleh bangsa Mongol,
dilanjutkan dengan misi Perang Salib, dan yang terakhir adalah pengusiran umat Islam
di Andalusia. Berawal dari sinilah, segala kehebatan dan kemajuan Islam di konversi oleh bangsa Barat dan kemudian
mereka terapkan segala peradaban Islam tersebut dalam kehidupan mereka. Sedangkan
model penetrasi yang kedua yakni bentuk “penetrasi modern”, Prof. Musyrifah
menjelaskan bahwa setelah peristiwa terjadinya Perang Dunia II antara tahun
1938-1945, dan berakhir dengan melahirkan sebuah organisasi dunia yang
berfungsi sebagai pengontrol dan penyeimbang keamanan dunia, yaitu Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB). Dengan lahirnya PBB, maka terbitlah aturan-aturan bahwa
kolonialisme secara fisik adalah dilarang. Meskipun demikian, nampaknya bangsa Barat
terus berfikir untuk bisa mencaplok bangsa lain, maka dalam istilah Prof.
Musrifah disebut dengan istilah kolonialisme/penetrasi modern, yakni penjajahan
atas Islam bukan secara politis, namun lebih terhadap sisi kehidupan nyata, antara
lain pendidikan, budaya, ekonomi, ilmu dan agama, yang kesemuanya itu merupakan
sisi fundamental kehidupan masyarakat.
Sedangkan menurut sumber yang lain, disebutkan bahwa pasca Perang Salib I-lah
kejahatan penetrasi Barat jelas-jelas terlihat[7] karena
dari sanalah pembelengguan umat Islam oleh Barat sangat kentara. Apalagi dengan
berakhirnya peperangan tersebut kaum muslimin menderita kerugian yang luar
biasa, tidak hanya kerugian yang bersifat material berupa banyaknya wilayah Islam
yang dikuasai oleh Barat, tapi juga kerugian non-material yang berupa mulai
hilangnya peradaban Islam dan mulai masuknya bangsa Barat ke dalam negeri Islam.
BAB IV
KEADAAN UMAT ISLAM
PRA-PENETRASI
Umat Islam mengalami puncak
kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan besar berkuasa, yaitu Turki Usmani,
Safawi dan Mughal (India). Namun seperti pada masa kekuasaan Islam
terdahulu, lambat laun kekuatan Islam menurun bersamaan dengan kemunduran tiga
kerajaan Islam tersebut. Bangsa Barat mulai melakukan usaha kebangkitannya,
sebagaimana telah disebutkan ketika tiga kerajaan besar Islam sedang mengalami
kemunduran di abad ke-18, Eropa Barat mengalami kemajuan dengan pesat. Kerajaan
Safawiah mengalami kemunduran, karena tidak hanya mendapat serangan dari
kerajaan Turki, tetapi juga mendapat serangan dari kalangan dinasti yang tunduk
pada Safawiah yang ingin merdeka, yaitu berturut-turut raja Afghanistan,
sehingga pada tahun 1722 M berhasil menduduki Asfahan, kemudian disusul dengan
serangan Dinasti Zand yang pada tahun 1750 M berhasil menguasai seluruh Persia.
Maka berakhirlah kekuasaan kerajaan Safawi di pertengahan abad ke-18.
Di belahan kerajaan Mughal juga dilanda kemunduran, tepatnya pada
pemerintahan setelah Aurangzeb, yaitu mendapat serangan dari masyarakat Hindu.
Diantaranya pemberontakan Sikh yang dipimpin oleh Guru Tegh Mahabur Dean, Guru
Gobind Singh. Pada awal paruh kedua abad ke 19 M, kerajaan Mughal hancur
ditangan Inggris yang kemudian mengambil alih kekuasaan di anak benua India.
Kekuasaan Islam terakhir yang masih disegani oleh Barat tinggal kerajaan
Usmani di Turki. Akan tetapi yang terakhir inipun terus mengalami kemunduran
demi kemunduran, sehingga dijuluki sebagai the
sick man of Europe, orang sakit dari
eropa. Dalam periode kerajaan Usmani peradaban Islam mendapatkan perlawanan
dari dua arah, yaitu dari dalam, berupa perlawanan dari orang Islam sendiri,
dan dari luar, berupa serangan balik dari eropa khususnya kerajaan Kristen.
Dari dalam, kerajaan Usmani dilanda konflik antara penguasa Turki dan
perlawanan dari daerah kekuasaannya yang menuntut merdeka, seperti Mesir dan
Negara Arab lainnya. Karena pada waktu
itu Turki dipandang bukan sebagai Khalifah yang melindungi Islam, tetapi tidak
lebih sebagai kerajaan yang hanya mementingkan kekuasaan, bahkan kehidupan
dalam istana tidak kelihatan corak keIslamannya, yang ada hanyalah kemewahan[8].
Sehingga
dengan demikian, pecahlah peperangan dengan kerajaan Safawiyah yang
berkepanjangan sampai runtuhnya Usmani secara total. Diantara peperangan itu
adalah peperangan yang memperebutkan wilayah Iraq pada abad ke-18. Ada yang berpendapat bahwa
peperangan itu merupakan peperangan
ideologis antara Sunni dan Syiah. Kemerosotan Kesultanan Turki Usmani semakin
cepat setelah mendapat serangan dari dunia Barat, sehingga daerah kekuasaanya
satu persatu jatuh kembali ke tangan Kristen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelemahan kerajaan-kerajaan Islam
tersebut telah menyebabkan eropa dapat menguasai, menduduki, dan menjajah
negeri-negeri Islam dengan mudah.
BAB V
RENAISANS DAN MOTIF-MOTIF PENETRASI
Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat
karena ia harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan perang Islam yang sangat sulit
dikalahkan, terutama kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan
lain, mereka harus menembus lautan yang dianggap sebagai pembatas ruang gerak
mereka. Setelah jalan melalui laut telah ditemukan oleh Christoper
Colombus (1492 M) menemukan benua
Amerika dan Vasco Da Gama menemukan jalan ke timur melalui Tanjung Harapan
(1498 M). Benua Amerika dan Kepulauan Hindia segera jatuh kedalam kekuasaan
eropa, maka eropa tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat
Islam sehingga perdagangan maju di eropa. Kemudian terjadilah perputaran nasib dalam sejarah seluruh umat manusia[9].
Kebangkitan bangsa Barat bermuara
pada khazanah ilmu pengetahuan dan metode berfikir yang dikembangkan umat Islam
yakni rasional. Diantara jalur masuknya ilmu pengetahuan Islam ke eropa yang terpenting
adalah Spanyol. Ketika Spanyol Islam mengalami kejayaan, banyak orang-orang
eropa yang datang untuk belajar kesana, kemudian menerjemahkan karya-karya
ilmiah umat Islam. Hal ini dimulai sejak abad ke 12[10].
Gerakan Renaisans bangsa Eropa melahirkan
perubahan-perubahan besar. Abad ke
16 dan 17 merupakan abad yang paling penting bagi kebangkitan eropa, sementara
pada akhir abad ke 17 itu pula, dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Banyak
penemuan-penemuan dalam segala lapangan ilmu pengetahun dan kehidupan yang
diperoleh orang-orang Eropa. Perkembangan itu semakin cepat setelah ditemukan
‘mesin uap’, yang kemudian melahirkan Revolusi Industri di Eropa. Tekhnologi
perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Sehingga, dengan kekuatan baru
yang mereka miliki, eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan
ekonomi dan perdagangan dari dan keseluruh dunia, tanpa mendapat hambatan
berarti dari lawan-lawan mereka yang masih menggunakan persenjataan sederhana
dan tradisional.
Dalam
pada itu, kemerosotan dunia Islam tidak terbatas pada bidang ilmu pengetahuan
dan kebudayaan saja, melainkan mereka juga ketinggalan dari Eropa dalam
industri perang, padahal keunggulan Turki Usmani dibidang ini pada masa-masa
sebelumnya telah diakui oleh seluruh dunia.
Motif-motif
penetrasi Barat terhadap dunia Islam sebenarnya berlatar belakang atas 3 hal,
yaitu:
Mercenary: yaitu untuk mencari keuntungan negara
Barat di negara-negara Islam.
Missionary: untuk menyebarkan agama
Kristen pada negara-negara jajahannya.
Military: perluasan daerah militer.
Selain itu, hal yang melatar belakangi penjajahan Barat atas negeri-negeri
Islam adalah faktor ekonomi dan politik. Hal ini disebabkan karena kemajuan Eropa
dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan baku. Disamping rempah-rempah, mereka juga
butuh negeri-negeri tempat memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang
perekonomian tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi
persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan Barat atas
negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada orang Barat,
karena selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam[11].
BAB VI
DAMPAK PENETRASI SEJAK DULU
HINGGA KINI
Sejak
kekalahan Turki Usmani di Wina, Barat semakin terbuka matanya bahwa Islam telah
melemah. Dengan fakta itulah bangsa Barat
semakin berani menyerang negara-negara Islam.
Jika melihat dampak penetrasi
dari segi politis, maka akan kita dapatkan bahwa ketika Kerajaan Turki Usmani
mengalami kemunduran sedangkan Barat mengalami kemajuan dalam berbagai segi
seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan militer.
Konsentrasi penetrasi secara politis dimulai dengan menaklukan
daerah-daerah diluar wilayah kekuasaan Turki Usmani, hal ini dilakukan karena
nama besar Turki Usmani masih dipandang sebagai kekuataan oleh Barat. Namun
setelah kekalahan di Wina[12], Turki
Usmani tidak lagi dipadang sebagai kekuatan yang membahayakan. Penetrasi yang
pertama kali dilancarkan bangsa Barat terhadap dunia Islam adalah negara India
(Mughal). Inggris terlebih dahulu mencoba menaklukan India dengan motif berdagang.
Sementara itu Perancis juga mempunyai niat yang sama yaitu menguasai India, maka pecahlah peperangan antara Inggris melawan
Perancis dalam memperebutkan wilayah India dan berakhir dengan kemenangan
Inggris[13].
Setelah India
dikuasai, maka target selanjutnya adalah wilayah Asia Tenggara sebagai tempat Islam
baru berkembang. Negara-negara di wilayah Asia Tenggara merupakan daerah yang
kaya dengan rempah-rempah dan itu sudah terkenal sejak masa dulu sebagai
wilayah perebutan kekuasaan karena memperebutkan rempah-rempah tersebut. Bangsa
Barat tidak kesulitan dalam menaklukannya, kerajaan Islam Malaka yang berdiri
di daerah yang strategis merupakan kerajaan Islam pertama yang ditaklukan Portugis.
Setelah itu, Spanyol datang ke Maluku, kemudian Spanyol berhasil menguasai
Fhilipina.
Dari uraian diatas, dapat dipahami mengapa banyak sekali negara-negara
muslim yang sampai saat ini dapat dikuasai dan masih dijajah oleh Barat.
Sedangkan jika melihat dampak penetrasi ditinjau dari segi realitas
kehidupan, maka dapat dilihat dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain:
pendidikan, budaya, ilmu, ekonomi dan agama[14].
Dijelaskan oleh Prof Musyrifah, bahwa dampak penetrasi jika dilihat dari segi
pendidikan, maka akan banyak sekali ditemukan fakta yang mengarah pada pendidikan
sekuler, yang justru menjauhkan nilai-nalai agama dalam proses transfer of knowledge. Hal ini berawal
ketika Belanda menguasai Indonesia
dan Belanda merubah sistem pendidikan pondok pesantren yang telah berkembang
pada saat itu dengan sistem formal[15].
Begitu juga dari segi budaya, dampak penetrasi terlihat jelas dalam model
pergaulan yang mengadopsi total Barat, mulai dari free seks, miras, bahkan sampai
merambat pada hilangnya budaya leluhur yakni sungkem[16],
dan makan bersama keluarga diganti dengan model-model Eropa seperti dinner di
café atau restoran. Dalam bidang ilmu juga demikian, tulisan-tulisan Arab sejak
dahulu digunakan sebagai tulisan dalam proses pendidikan, dan oleh Belanda
diganti dengan tulisan latin[17]. Hal
ini mengakibatkan banyaknya generasi muda sekarang ini yang tidak bisa baca
kitak klasik. Dalam hal ekonomi muncul istilah IMF (international monetary
found), yang secara terang-terangan berani dan siap memback up segala kegiatan yang dianggap cukup signifikan, tentu yang
sesuai dengan misi mereka. Dan dalam hal agama muncul tiga istilah penting,
yakni kristenisasi, westernisasi, dan
sekulerisasi. “Kristenisasi” yaitu upaya meng-kristenkan masyarakat yang
berada dalam wilayah-wilayah kekuasaannya. Sedangkan “westernisasi” yaitu
mencari kelemahan Islam dan menghancurkannya dengan menggunakan kelemahan-kelemahan
tersebut. Dan “sekulerisasi” yakni menjadikan Islam sebagai agama samawi yang bersifat
relatif serta terbukanya kritikan-kritikan dan hujatan-hujatan terhadap Islam.
Dengan dua uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa dampak penetrasi secara politis adalah dikuasainya suatu
bangsa dengan kekuasaan. Sedangkan secara realitas kehidupan, dampak penetrasi
mengancam suatu bangsa yang secara tak sadar telah dikuasai dan dikontrol oleh Barat.
BAB VII
RESPON DUNIA ISLAM TERHADAP PENETRASI
Melihat
dampaknya, tentu penetrasi membawa dampak yang tidak sedikit. Karena faktor ini pula banyak umat Islam kemudian sadar
akan keadaan dan keberadaanya.
Dalam
banyak literatur disebutkan dengan penetrasilah kesadaran umat Islam meningkat,
hal ini dibuktikan dengan bentuk gerakan-gerakan pembaharuan. Dimulai dari
gerakan pembaharuan di Turki Usmani pasca kekalahan di Wina dan juga di daerah-daerah
Islam lainnya[18]. Secara sistematis, Prof. musyrifah[19] membagi gelombang pembaharuan menjadi
empat, yakni:
a.
Salafiyah,
yakni gerakan yang berusaha memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang
dipandang sebagai penyebab kemunduran umat Islam. Gerakan ini lebih dikenal
dengan istilah gerakan “wahabbiyah” yang berpusat dan berkembang di Saudi Arabia.
b.
Modernisme, yakni gerakan yang berusaha mengembalikan
kepada Islam yang sesuai dengan ajaran. Gerakan ini dipelopori oleh Muhammad Abduh.
c.
Westernisme dalam Islam, yakni gerakan yang membangun Islam
dengan tekhnologi modern, namun yang sesuai dengan Islam. Gerakan ini
dipelopori oleh Muhammad Iqbal di India.
d.
Sekulerisme dalam Islam, yakni membangun Islam yang
sesuai dengan ke-modern-an namun juga yang sesuai dengan kondisi umat Islam kekinian.
Gerakan ini dirintis oleh Mustafa Kemal di Turki.
Begitu dahsyatnya gelombang pembaharuan yang terjadi,
sehingga banyak sekali negara-negara Islam yang dikusai oleh bangsa Barat namun
selanjutnya berhasil mengikrarkan diri sebagai negara merdeka, seperti halnya Indonesia,
Pakistan, Mesir, Sudan, Malaysia, Brunei Darusslam dan negara-negara Islam lainnya.
KESIMPULAN
Demikianlah
uraian penetrasi mulai dari awal terjadi hingga sampai pada usaha-usaha
pembaharuan yang diakhiri dengan kemerdekaan negeri-negeri Islam. Pada intinya,
penetrasi merupakan bentuk kolonialisme fisik maupun psikis sebagai usaha
perluasan wilayah jajahan ataupun bermisi ekonomi. Yang jelas, usaha Barat dalam
kolonialisme tidak akan berhenti.
Dan hal ini tentu saja
menjadi perhatian kita bersama, bahwa kita semua telah mengetahui motif dan
niat Barat menjajah negeri Islam, yaitu ekonomi. Sejatinya kita harus menyadari
bahwa negeri-negeri Islam adalah negeri-negeri yang kaya raya, subur dan
makmur, kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa Barat. Kekayaan yang tidak hanya terletak di daratan dan
di lautan saja, namun juga di bawah tanah (minyak).
REFFERENSI
Prof. Drs. Musyrifah Sunanto,
2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Press
,
2007. Sejarah Islam
Klasik, Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group
Karen Armstrong,
1997. Berperang Demi Tuhan Fundamentalisme dalam Islam, Kristen
dan Yahudi. Jakarta: Mizan
Marshal G.S. Hodgson,
2002.The Venture Of Islam. Jakarta:
Paramadina
di upload tanggal 28 November
2010
John M. Echols & Hassan Shadily,
2000. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta:
Gramedia. Cet XXIV
Muhamed Abed Al Jabiri,
2004. Problem Peradaban, Penelusuran
Peradaban Arab, Islam Dan Timur. Yogyakarta: Belukar
Kuliah
Pascasarjana, Minggu 5 Desember 2010. Institut PTIQ Jakarta
Dr. Badri Yatim,
2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press
[1]
Prof. Drs. Musyrifah Sunanto. Sejarah
Peradaban Islam Indonesia.
Jakarta: Rajawali
Press. 2005. Hal 1
[2]
Marshal G.S. Hodgson. The Venture Of
Islam. Jakarta:
Paramadina. 2002. Hal 98
[3] www.penetrasi_barat.com di upload tanggal
28 November 2010
[4]
John M. Echols & Hassan Shadily. Kamus
Inggris – Indonesia.
Jakarta:
Gramedia. Cet XXIV. 2000. hal 424
[5]
Mohamed Abed Al Jabiri. Problem
Peradaban, Penelusuran Peradaban Arab, Islam Dan Timur. Yogyakarta: Belukar. 2004. Hal 184-185
[6] Kuliah Pascasarjana, Minggu 5 Desember
2010. Institut PTIQ Jakarta
[9] Kuliah Pascasarjana.op.cit
[10] Marshal G.S. Hodgson. Op.cit
hal 98
[12]
Waktu itu Kerajaan Turki Usmani bergabung bersama Jerman dalam Perang Dunia II
di Wina, namun Turki Usmani kalah oleh Negara-negara
sekutu Eropa.
[14] Kuliah Pascasarjana.op.cit
[15] Nurcholish Madjid menyebutkan bahwa
seandainya Belanda tidak menjajah Indonesia, mungkin pendidikan Indonesia yang
ada sekarang ini adalah pendidikan sistem pondok pesantren. Karena pondok
pesantren adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia.
[16] Pada zaman dahulu, setiap lebaran sanak
kerabat saling mengunjungi dengan tujuan berma’af-ma’afan, diisi dengan budaya
meminta ma’af pada kerabat yang lebih sepuh, dan setelah itu makan bersama.
[17] Prof. Drs. Musyrifah Sunanto.op.cit.
hal 119
[19]
Kuliah Pascasarjana.op.cit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar