by Musafir Es |
Pagi itu cuaca begitu dingin. Kumandang adzan subuh membangunkanku
dari malam panjang. Terasa berat sekali tubuh ini untuk beranjak dari
pembaringan. Segera kulawan rasa malas itu. Aku beranjak dari tempat
tidur dan bergegas mengambil air wudzu, menunaikan kewajibanku sebagai
hamba…
Usai sembahyang ku rebahkan kembali
tubuhku. Sejenak ku perhatikan sudut kamar, terpampang satu stel seragam
putih abu-abu tergantung lepas, lengkap dengan hiasan dasi di leher. Ku
pandangi sejenak seragam itu dari tempat tidurku. Segera ku berdiri dan
meraihnya. Perlahan ku usap dengan kedua tanganku. Terbesit beribu-ribu
kata di angan yang ingin kukatakan kepadanya, namun serasa kelu lidah
ini.
Ahhh sudahlah,,,mungkin sekarang belum saatnya,
gumamku lirih. Ku letakkan kembali seragam itu. Ku pandangi jam dinding
di kamarku, tak terasa waktu menunjukkan pukul 06:00. Bergegas ku
berlari ke kamar mandi, sesudah itu sarapan, ku kenakan seragam itu di
tubuhku dan langsung menemui Ayah Ibu untuk berpamitan. Tak lupa kucium
tangan dan pipinya sambil berucap salam mohon doa restu.
Ku
langkahkan kaki ini menuju Sekolah tempat dimana aku menimba ilmu. Ku
hirup dalam-dalam udara pagi itu, terasa begitu sejuk dan damai. Di
sepanjang jalan ku saksikan hiruk pikuk orang-orang memulai
aktivitasnya. Selang beberapa waktu tibalah Aku di Sekolah. Segera ku
menuju ke kelasku. Pagi itu, Sekolah masih begitu sepi karena belum
banyak siswa yang datang. Sesampainya di kelas Aku hanya duduk sendiri
dan termenung sembari menunggu teman. Kuambil pena dan secarik kertas
putih dari dalam tasku. Perlahan jemariku mulai menari-nari di atas
kertas dan ku tulis bait-bait kata…
“Seiring
berlalunya waktu, tak terasa tiga tahun sudah aku duduk di kursi ini.
Begitu banyak cerita yang telah terukir. Begitubanyak kisah yang telah
tertulis. Senyumdan canda, tawa dan duka senantiasa mewarnai hari-hari
kami. Rasakasih sayang, rasa saling berbagi, dan waktu kebersamaan yang
telah kami habiskan bersama selama ini mungkin akan segera berakhir.
Tak ingin rasanya berpisah........
Di
sela-sela anganku, teringat sebuah sosok yang begitu mulia. Sosok
itulah yang selama ini menemani kami belajar, membimbing kami meraih
mimpi, mendidik kami budi pekerti, mengajarkan kami ilmu. Sosok itulah
yang selama ini tak pernah lelah menasehati kami saat kami salah,
mengingatkan kami saat kami lupa, ikut tersenyum saat kami bahagia,
menghibur kami saat kami sedih, membangkitkan semangat kami saat kami
terjatuh, mengajari kami berani saat kami takut, memberi kami tahu saat
kami tak tahu. Sosok itulah yang selama ini dengan ikhlas memberikan
cinta, kasih, dan sayangnyapada kami…
Cukup bagiku
untuk merasa malu dan bodoh. Aku yang sering menggerutu dibelakangnya,
sering melontarkan kata-kata kotor yang tak semestinya ku arahkan
kepadanya. Aku sering menganggap mereka bodoh, kampungan, tak pernah mau
mengerti apa yang di inginkan anak-anaknya, bahkan tak jarang lidahku
menghujat dan mencela. Betapa jahatnya aku…
Seiring
waktu yang terus berjalan kami pun mulai mengerti, kami terus belajar
untuk memahami, dan baru sekarang ini kami temukan bahwa sosok yang
begitu mulia itubernama “GURU”.
Presiden,orang
nomor satu di negeri ini tak kan bisa jadi presiden tanpa jasa seorang
guru, seorang menteri tak kan pernah mampu jadi menteri tanpa jasa
seorang guru,seorang jenderal tak kan pernah bisa jadi jenderal tanpa
jasa seorang guru,dari seorang uztad hingga kyaipun tak pernah luput
dari jasa-jasa mereka.
Ya Allah…begitu banyak salah dan dosa kami terhadap mereka.
Guru…
Di
saat-saat terakhir menjelang perpisahan kami ini, tak banyak yang ingin
kami sampaikan kepadamu. Kami tak tahu harus bicara apa, kami hanya
ingin mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu atas
kesalahan-kesalahan kami selama ini. Dan dalam kesempatan kali ini, kami
ingin mengungkapkan isi hati kami.
Adapun selama ini kami berbuat salah, ingin kami tak lain adalah agar engkaumenunjukkan kami kebenaran,
Jika selama ini kami berkata bohong, ingin kami tak lain hanyalah agar engkau mengajarkan kami kejujuran,
Seringpula kami marah dan mengeluh, ingin kami adalah tak lain agar engkau mengajarkan kami kesabaran dan keikhlasan,
Seringpula engkau menjumpai kami menangis karena kesedihan, ingin kami tak lain hanyalah agar engkau mangajarkan kami ketabahan,
Takjarang
pula kami datang terlambat ke Sekolah, ingin kami tak lain agar engkau
mengajarkan kami kedisiplinan dan menghargai waktu,
Lidah ini
sering kami gunakan untuk menggunjing dan berkata kotor, ingin kami tak
lain agar engkau mengajarkan kami berkata yang baik,
Acapkali kami bertengkar dengan teman, ingin kami tak lain hanyalah agar engkau mengajarkan kami makna persahabatan,
Seringpula kami bertingkah laku kasar tak lain agar engkau mengajarkan kepada kami kelembutan dan budi pekerti yang baik,
Kadangpula kami berpakaian tak rapi, tak lain, ingin kami agar engkau mengajarkan kami kesopanan,
Seringpula
kami menentang pendapatmu, tak lain agar engkau mengajarkan kami
tentang bagaimana cara menghargai pendapat orang lain,
Bahkan tak
jarang pula kami berbuat yang melampaui batas, tak lain agar engkau
memberikan perhatian kepada kami, menegur kami, mengingatkan kami,
menasehati dan membimbing kami. Dan masih banyak lagi kesalahan serta
kekurangan kami selama ini…
Guru…
Semua itu kami
lakukan bukan semata-mata karena kami benci kepadamu. Semua itu kami
lakukan bukan berarti kami tak menghormatimu. Kami sangat membutuhkan
perhatian, cinta, kasih dan sayangmu sebagai orang tua kami di sekolah
ini. Begitupun kami adanya, meski banyak sekali tingkah laku yang selama
ini membuat sedih guruku, menjengkelkan guruku, bahkan menyakitkan hati
guruku, jauh dilubuk hati kami tertanam rasa hormat, rasa kasih dan
sayang kami kepadamu. Kami sayang guru-guru kami, kami cinta guru-guru
kami, dan kami sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan
anugerahnya melalui engkau…
Pada kesempatan ini
pula, kami ingin sampaikan ucapan beribu-ribu terimakasih kepada guruku.
Atas jasa-jasamu, perhatianmu, nasehat-nasehatmu, kebaikan-kebaikanmu,
terlebih kasih sayang yang telah engkau curahkan kepada kami selama ini.
Kami anakmu, tak kan pernah bisa membalas semua itu. Kami hanya
bisa berdoa semoga guru guru kami senantiasa diberi kesehatan, semoga
guru guru kami tak pernah lelah dalam mendidik dan menasehati anak
didikmu, engkau adalah pahlawan kami, dan tetaplah menjadi pahlawan bagi
negeri ini.
Tak lupa, doakan kami
anak-anakmu agar bisa menjadi manusia yang berbakti dan bermanfaat bagi
diri, orang tua, bangsa dan agama serta bermanfaat bagi sesama. Akan
kami kenang selalu jasa-jasamu. Semoga semua yang pernah engkau berikan,
bisa menjadi bekal kami dikemudian hari.
Guru…
Kami
mohon maaf dan terimakasih yang tiada kira kami ucapkan kepadamu.
Semoga Allah membalas semua jasa-jasamu. Selamat HARI GURU. Teruslah
berkarya, memberi inspirasi, menjadi pendidik bangsa dan mempersembahkan
yang terbaik untuk negeri. Aamiin..."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar